Koalisi Masyarakat Tolak Swastanisasi Air: Di Singapura Air Lebih Murah

Koalisi Masyarakat Tolak Swastanisasi Air: Di Singapura Air Lebih Murah

Kartika Tarigan, - detikNews
Jumat, 03 Jun 2016 13:32 WIB
Foto: Demo tolak swastanisasi air (Kartika Sari Tarigan/detikcom)
Jakarta - '19 Tahun Privatisasi air. airku.. airku jadi rebutan pasar, airku jadi komoditas, airku jadi mahal, air ku jadi buruk kualitasnya. Saya perempuan, tinggal kenangan ember ini'

Penggalan puisi diatas, dibacakan seorang perempuan yang tengah menuntut hak atas air. Puluhan perempuan yang tergabung dalam koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta (KMMSAJ) hari ini menyuarakan tuntutannya.

Mereka menamai diri sebagai perempuan tangguh, yang dalam aksi ini menuntut pemerintah menghentikan 'penguasaan' pengelola air oleh swasta. Mereka menyebut, kualitas air Jakarta selama ini sangat buruk.

"Kami perempuan merasa direnggut hak nya, kami semakin sulit untuk mengakses air bersih. Kami menolak privatisasi air oleh swasta," kata Ketua Solidaritas Perempuan Jabodetabek, Elasari dalam orasinya di depan gedung Mahkamah Agung, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (3/6/2016).

Koalisi ini terdiri dari beberapa solidaritas diantaranya, Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (Kruha), Solidaritas Perempuan, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), ICW, FPPI Rakyat Kuasa, UPC dan JRMK Jakarta. Mereka membawa serta berbagai atribut, kentungan hingga patung serta ember dan gayung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam aksi ini, mereka juga membawa petisi yang telah ditandatangani oleh 8.251 warga Jakarta. Petisi ini kemudian diserahkan kepada Mahkamah Agung.

"Memperjuangkan hak dasar manusia yaitu air, bagaimana bisa kami beraktivitas jika air di Jakarta masih keruh. Kami sudah mengumpulkan petisi dan sudah ditanda tangani 8.251 orang. Warga Jakarta sudah daftarkan gugatan kasasi, kami harap hakim MA bisa memutuskan secara adil, dengan benar kepada warga Jakarta," urai seorang Aktifis dari ICW.

Perempuan-perempuan 'tangguh' ini tidak henti-hentinya meneriakkan keluh kesahnya. Mereka terus menyanyikan yel-yel yang berbunyi "tolak swastanisasi,".

"Kami lelah, kami harus selalu menunggu air mengalir jam 3 dini hari. Itu pun air keruh yang kami dapatkan," teriak mereka.

Dalam aksi ini, mereka pun mempertanyakan bagaimana bisa dengan harga tinggi sedangkan kualitas air sangat buruk. "Kami harus membayar Rp. 7.800 per meter kubik, ternyata singapura dengan kualitas air sangat baik berhasil menekan harga air hingga Rp. 3.500, Jakarta punya harga paling tinggi di Asia Tenggara. Mengapa harga air begitu tinggi dengan kualitas air yang sangat buruk," kata Aktifis LBH Matthew Michele. (dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads