"Kami telah melakukan hal yang tidak bisa diampuni pada anak kami, dan kami telah menimbulkan gangguan bagi semua orang," tutur ayah Yamato, Takayuki Tanooka kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (31/5/2016).
"Kami menyesal. Saya hanya berharap dia selamat," imbuh pria tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bocah itu hilang di kawasan hutan yang dihuni beruang-beruang liar di Pegunungan Komagatake, Pulau Hokkaido. Saat kejadian, Yamato, kakak perempuannya serta ayah dan ibunya mendatangi sebuah taman di dekat hutan tersebut. Namun ayah dan ibu Yamato marah ketika bocah itu melemparkan batu ke mobil-mobil dan orang-orang di taman tersebut.
Saat dalam perjalanan pulang ke rumah, orangtua Yamato menurunkan bocah itu dari mobil dan meninggalkannya sendirian di hutan. Mereka sempat mengemudikan mobil sejauh 500 meter, sebelum kemudian kembali untuk menjemput Yamato.
Wilayah tempat hilangnya Yamato sangat terpencil. Warga di wilayah itu mengaku sangat jarang melintasinya. Peristiwa ini menuai kemarahan publik Jepang yang mengecam orangtua Yamato. Ribuan orang menggunakan media sosial untuk mengecam ayah dan ibu Yamato.
Sebagian netizen mendoakan keselamatan Yamato di wilayah yang jika malam hari, suhu udara bisa turun mencapai 7 derajat Celsius. Bahkan hujan lebat diperkirakan akan turun pada Selasa malam waktu setempat, sementara bocah Yamato hanya mengenakan kaos dan celana jeans saat menghilang 3 hari lalu.
(ita/ita)











































