Seperti dilansir CNN, Selasa (17/5/2016), kedua pria kakak-beradik bernama Scott Leader (38) dan Steve Leader (30) ini memukuli korban dengan pipa besi dan mengencinginya. Tindak kekerasan itu terjadi di Boston pada 19 Agustus 2015. Korban merupakan pria gelandangan yang tidur di dekat stasiun kereta bawah tanah JFK/Umass MBTA.
Jaksa wilayah Suffolk County, Daniel F Conley, menuturkan kedua pria itu mengaku memukuli korban karena meyakininya sebagai imigran ilegal. "Semua yang ilegal perlu dideportasi," sebut kedua pria itu, seperti dikutip polisi setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sidang pada Senin (16/5) waktu setempat, keduanya mengaku bersalah atas seluruh dakwaan yang dijeratkan kepada mereka, mulai dari dakwaan melanggar hak sipil hingga memicu luka-luka pada orang lain, dakwaan penyerangan dan pemukulan untuk mengintimidasi hingga memicu luka-luka, hingga dakwaan penyerangan dan pemukulan dengan senjata berbahaya.
"Serangan tidak beralasan terhadap seorang pria yang sedang tidur ini, membuat jijik setiap jaksa, pengacara korban dan polisi yang menanganinya," sebut Conley.
Hakim Peter Krupp menjatuhkan vonis 3 tahun penjara untuk Scott dan 2,5 tahun penjara untuk Steven. Kedua vonis penjara itu diikuti oleh 3 tahun hukuman percobaan, dengan tahun pertama hukuman percobaan dilakukan di dalam rumah pemulihan (sober house) ditambah hukuman layanan sosial selama 20 jam dan pelatihan keragaman budaya.
Pada 21 Agustus tahun lalu, Trump mengomentari insiden ini melalui akun Twitter-nya. Trump menyebut insiden ini sangat buruk. "Kita membutuhkan energi dan semangat, tapi kita harus memperlakukan orang lain dengan hormat," ucap Trump saat itu.
Dalam kampanye, Trump pernah menyerukan pengusiran para imigran ilegal dari Meksiko dan wilayah lain. Trump juga mengusulkan pembangunan tembok perbatasan antara AS dengan Meksiko untuk mencegah masuknya imigran ilegal.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini