"Kapal MV Ocean Carrier bermuatan pasir besi tadinya diduga mengadung uranium, kemudian diperiksa tadi siang, jam 12.30 WIB hasil pengecekan siang ini tidak diperoleh radiasi itu yang pertama. Kemudian untuk muatan uranium hasilnya negatif, sampel masih dibawa Bapeten untuk dicek lebih lanjut," kata Kepala Bakamla Laksamana Madya TNI Desi Albert Mamahit di kantor Kemenko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Selasa (9/2/2016).
Albert menjelaskan, pihaknya sebelumnya curiga terhadap kapal yang kandas di perairan Batam itu karena kapal berjalan dari Iran menuju Cina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita kan perlu curiga, suspect dia kan bawa barang-barang tertentu dari Iran tujuan ke Cina kan tanya tanya, jangan-jangan ada sesuatu uranium gitu. Kita sudah kirim ahli, laporan sementara nihil. Mudah-mudahan besok fiks semua dan sudah bisa diproses kitas," jelas Albert.
Kepala Bakamla menegaskan, kecurigaannya bukan tanpa alasan. Karena setahun yang lalu ada kapal yang melewati perairan Indonesia dan diketahui mengangkut limbah nuklir.
"Contoh terakhir tahun lalu yang namanya MV Island membawa limbah nuklir dari Perancis ke Australia. Tapi sebelum dia tiba di Perancis dia melintas perairan Indonesia, dari Cina dia lewat Selat Malaka. Dia bawa limbah nuklir kita antisipasi jangan sampai balik lagi lewat Selat Malaka. Kita monitor terus, akhirnya mereka dari Afrika Selatan terus ke Australia," tutur Albert.
Kapal MV Ocean Carrier kandas di perairan Batu Berhenti pada posisi 01 11 225 U-103 53 056 T pada Rabu (3/2). Kapal kargo berbendera Hong Kong itu memiliki 33.456 GT.
Berdasarkan dokumennya, kapal itu mengangkut muatan besi pasir dan melakukan pelayaran dari pelabuhan awal Iran menuju Yangjian China.
Saat melintas di sekitar perairan selat Philips pukul 04.00 WIB, kapal keluar dari jalur sebelah kanan karena menghindari kapal lain yang hendak memotong dari arah Indonesia menuju Singapura, sehingga kapal tersebut kandas di perairan Batu Berhenti. (Hbb/fdn)