Pernyataan Kim Jong Un itu dirilis kantor berita Korut KCNA seperti dilansir Reuters, Minggu (10/1/2015). Dia mengatakan, uji coba bom hidrogen sebagai langkah pertahanan diri terhadap ancaman AS dan perang nuklir. Korut memiliki hak berdaulat melakukannya tanpa dikritik oleh negara mana pun.
Uji coba bom hidrogen Rabu lalu adalah yang keempat dilakukan oleh Korut. Uji coba itu membuat marah Amerika Serikat dan China yang merasa tidak mendapat pemberitahuan sebelumnya. Meksipun demikian, pemerintah Amerika dan para pakar senjata meragukan klaim Korut bahwa uji coba itu merupakan sebuah bom hidrogen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah hak yang sah dari negara yang berdaulat dan tindakan adil, tidak ada seorang pun yang bisa mengkritik," sambungnya menegaskan.
Komentar Kim sejalan dengan retorika resmi Korut menyalahkan Amerika Serikat menyebarkan senjata nuklir di Semenanjung Korea. Amerika membantah menempatkan senjata nuklir di Korut, namun telah memulai perundingan untuk mengerahkan "senjata-senjata strategis" di Semenanjung Korea menyusul uji coba bom hidrogen tersebut.
Menurut sejumlah pemberitaan, senjata strategis Amerika Serikat yang dimaksud kemungkinan adalah pesawat-pesawat pembom B-2 dan B-52 yang bisa membawa peluru nuklir dan kapal selam bertenaga nuklir.
Menurut para pakar, uji coba bom hidrogen Korut yang menimbulkan guncangan 5,1 Skala Richter terlalu kecil untuk ukuran sebuah bom hidrogen. Uji coba itu sendri dilakukan sebagai tahapan menuju pertemuan umum Partai Pekerja yang berkuasa, yang pertama sejak tahun 1980.
Kim Jong Un juga mengatakan pentingnya pemilihan waktu uji coba itu di tahun kongres partai. "Ini akan menjadi titik balik bersejarah dalam menuntaskan semangat revolusioner Juche," ujar Kim Jong Un. Juche adalah ideologi Korut yang menggabungkan Marxisme dan nasionalisme ekstrem, dicetuskan oleh pendiri bangsa dan kakek Kim Jong Un, yakni Kim Il Sung. (hri/nrl)