Pejabat senior pemerintah Iran, Hossein Amir Abdollahian menyatakan, pemutusan hubungan tersebut tak akan mengalihkan perhatian dunia dari kesalahan besar yang dilakukan Saudi dengan mengeksekusi seorang ulama terkemuka Syiah.
"Dengan memutuskan untuk memutus hubungan (diplomatik), Arab Saudi tak bisa membuat dunia melupakan kesalahan besarnya mengeksekusi seorang ulama," ujar Abdollahian seperti dikutip kantor berita resmi Iran, IRNA dan dilansir AFP, Senin (4/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eksekusi mati ulama terkemuka Syiah, Nimr al-Nimr oleh otoritas Saudi telah memicu kemarahan publik di negara-negara mayoritas Syiah di Timur Tengah. Bahkan warga Iran telah menyerang gedung Kedutaan Besar Saudi di Teheran dan sebuah konsulat Saudi di kota Mashhad. Penyerangan itu membuat pemerintah Saudi berang hingga mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran.
Ulama Nimr dieksekusi mati bersama 46 orang lainnya pada Sabtu, 26 Desember 2015 lalu. Dalam statemennya seperti diberitakan kantor berita resmi Saudi, SPA dan dilansir AFP, Sabtu (2/1/2016), Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan, 47 orang yang dieksekusi mati tersebutย terbukti mengadopsi ideologi radikal "takfiri", bergabung dengan organisasi-organisasi teroris dan melakukan berbagai plot kejahatan.
Di antara ke-47 orang yang dihukum mati itu, juga termasuk beberapa warga Saudi yang dinyatakan bersalah atas keterlibatan dalam serangan-serangan Al-Qaeda, yang menewaskan warga Saudi dan warga asing pada tahun 2003 dan 2004.
Di antaranya juga termasuk Fares al-Shuwail, yang oleh media Saudi digambarkan sebagai pemimpin tinggi agama Al-Qaeda di Saudi. Dia ditangkap pada Agustus 2004 silam.
Mereka yang dieksekusi termasuk seorang warga Mesir dan seorang warga Chad. Sisanya merupakan warga Saudi yang menjadi anggota kelompok radikal ISIS. Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan, mereka semua dieksekusi hari Sabtu (2/1) lalu di 12 kota berbeda di Saudi. (ita/ita)