Gedung Putih Tantang Partai Republik Gagalkan Pencalonan Trump

Gedung Putih Tantang Partai Republik Gagalkan Pencalonan Trump

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 09 Des 2015 11:43 WIB
Donald Trump (REUTERS/Randall Hill)
Washington - Komentar keras kembali dilontarkan Gedung Putih terhadap bakal calon presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kali ini, Gedung Putih menantang politikus maupun bakal capres Partai Republik lainnya untuk mengecam dan menggagalkan pencapresan Trump.

"Apa yang disampaikan Donald Trump kemarin, mendiskualifikasi dirinya dari menjabat sebagai presiden," tegas juru bicara Gedung Putih,0 Josh Earnest, dalam komentar terbaru menanggapi seruan Trump melarang muslim masuk ke AS, seperti dilansir AFP, Rabu (9/12/2015).

Komentar Gedung Putih yang menyinggung bakal capres dari partai oposisi tergolong tidak lazim. Earnest bahkan menyebut komentar Trump sebagai komentar yang 'kasar' dan 'beracun'. Penggunaan bahasa yang keras yang tidak biasa digunakan Gedung Putih ini seolah menunjukkan kekhawatiran Gedung Putih terhadap seruan Trump yang memicu banyak kecaman global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun hal ini menunjukkan Gedung Putih juga mengincar kesempatan politik menjelang pemilu 2016 mendatang. Earnest menyindir sejumlah politikus ternama Republik yang beramai-ramai mengecam Trump, namun pada akhirnya mereka akan mendukungnya jika Trump terpilih menjadi calon partai.

Partai Republik telah sejak lama berpegang pada perintah ke-11 era Presiden Ronald Reagan yang mewajibkan untuk tidak berkomentar buruk soal rekan sesama Partai Republik. Earnest menantang politikus Republik untuk melanggar aturan itu dan menantang Trump secara terbuka.

"Apa yang dia (Trump-red) katakan mendiskualifikasi dirinya dan para anggota Republik yang terlalu takut mengakuinya, juga tidak layak menjabat sebagai presiden," tegasnya.

Pernyataan Trump disinyalir merugikan Partai Republik dan semakin menguntungkan kandidat dari Partai Demokrat. Namun tidak banyak yang bisa dilakukan Republik untuk mengubah keadaan. Situasi saat ini menjadi dilema bagi Partai Republik yang sebenarnya tidak terlalu menyukai Trump: menolak untuk menarik dukungan dari Trump dan berisiko dihina serta disebut fanatik, atau menarik dukungan dari Trump dan menghadapi risiko politik.

Dalam wawancara terbaru dengan ABC's "Good Morning America", Trump tetap mempertahankan gagasannya soal melarang muslim masuk ke AS. Dia bahkan membandingkan idenya dengan kebijakan era Franklin D Roosevelt yang mengasingkan lebih dari 110 ribu warga keturunan Jepang-Amerika di kamp pemerintah AS, setelah militer Jepang mengebom Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 silam.

(nvc/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads