Mengenal Syekh Ali Jaber, Pendakwah dari Madinah

Mengenal Syekh Ali Jaber, Pendakwah dari Madinah

Fajar Pratama - detikNews
Rabu, 30 Sep 2015 19:16 WIB
Foto: Ketua Komisi Dakwah MUI Cholil Nafis (peci) dan Syekh Ali Jaber (biru)
Jakarta - Syekh Ali Jaber siapa yang tidak kenal. Belakangan ini sosoknya kerap menghias layar kaca. Di Ramadan kemarin, jelang berbuka puasa, Syekh Ali Jaber bahkan selalu hadir memberi tausiyah di salah satu televisi swasta.

Pria kelahiran Madinah, Arab Saudi ini banyak dinanti pesan-pesan keagamaannya. Ali Jaber mengenyam pendidikan di Madinah, dari para pemuka ahli agama di kota kelahiran nabi.

Ali Jaber yang berusia 41 tahun ini pernah mengajar di Masjid Nabawi dan menjadi imam di salah satu masjid di Madinah. Jaber menikah dengan perempuan asal Indonesia, dan kemudian menjadi penceramah di tanah air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia dari Madinah, jadi WNI sejak 2011," kata KH Cholil Nafis yang juga Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, Rabu (30/9/2015).

Cholil Nafis pada Selasa (29/9) bertemu Ali Jaber dan memberikan bimbingan. Cholil menjernihkan sejumlah persoalan yang mendera Ali Jaber terkait dakwahnya yang diserang sejumlah pihak. Mulai dari urusan tawassul, kurban, dan juga Islam di Indonesia.

Dalam akun twitternya @syekhalijaber menjelaskan kalau dia tidak ada maksud memberi pemahaman salah atau menyalahkan yang bertawassul. Tentang kurban dia menegaskan, menghormati dan menghargai perbedaan khilafiat, dan dia tidak pernah menyebut melarang seseorang berkurban lebih dari satu kambing atau sapi.

Dia juga menyampaikan tidak pernah membawa aliran tertentu, dia mencintai dan menghormati ulama di Indonesia. Ali Jaber selalu bersilaturahim dengan para ulama di Indonesia. Pada idul fitri lalu, dia menjadi khatib idul fitri di Masjid Raya Banda Aceh yang juga dihadiri Jokowi. Ali Jaber ini juga seorang ulama hafidz quran.

Kembali menurut Cholil, banyak yang salah paham dengan apa yang disampaikan Ali Jaber. "Dia terlalu frontal, ya harus disesuaikan dengan Islam yang di Indonesia. Yang penting sekarang kita lakukan yang produktif untuk umat, bukan tentang khilafiyah. Ali Jaber juga sudah meminta maaf apabila ada kata-kata dakwahnya yang tidak berkenan," urai Cholil.

Salah satu kisah yang banyak dikenal dan beredar tentang pemikirannya mengenai maulid nabi. Ali Jaber 'menegur' seseorang yang menyebut kalau maulid adalah bidah karena tidak ada di zaman nabi.

"Antum dari ujung kepala sampai rambut bidah karena tidak ada di zaman nabi," terang Ali Jaber dalam kisahnya di ceramah kepada orang tersebut. Menurut dia, walaupun dalam maulid ada perbedaan pendapat, yang utama adalah saling silaturahim, saling menasihati, dan saling mengisi. (dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads