Ketum PBNU: Islam Nusantara Bukan Mazhab, Tapi Melebur dengan Budaya

Jelang Muktamar ke-33 NU

Ketum PBNU: Islam Nusantara Bukan Mazhab, Tapi Melebur dengan Budaya

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Rabu, 29 Jul 2015 11:25 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Meneguhkan Islam Nusantara untuk Membangun Peradaban Indonesia dan Dunia merupakan tema yang diangkat dalam Muktamar ke-33 NU. Ketum PBNU Said Aqil Siraj pun angkat bicara mengenai pengambilan tema ini dan menekankan bukan membuat mazab baru.

"Jadi Islam nusantara itu bukan mazhab baru, tapiΒ epistemologi atau ciri khas. Di sini kita tidak sama dengan timur tengah dan negara-negara lainnya, tetapi Islam nusantara melebur dengan kebudayaan kita yang ada beragam. Sebelum Islam datang, sejak dahulu nenek moyang kita sudah punya tradisi. Itu yang kita pertahankan jangan sampai hilang. Tentu saja tradisi yang tak sesuai dengan Islam yang kita tolak, seperti minum-minuman keras, seks bebas, dan lain sebagainya," tutur Said saat berbincang dengan detikcom di kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (28/7/2015) malam.

Ada pun tradisi yang kemudian digabungkan dengan nilai dan norma Islam adalah seperti acara tujuh bulanan ketika istri hamil atau ziarah kubur. Acara-acara seperti itu kemudian diisi dengan salawat, istighfar dan doa-doa sehingga tak menghilangkan budaya yang ada tetapi tetap bernuansa Islam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia kemudian mencontohkan lagi soal kebiasaan sebagian masyarakat Indonesia memasang sesajian berupa nasi sekepal, misalnya, dan diletakkan di pojok rumah. Mereka melakukan itu dengan maksud agar terhindar dari marabahaya dan selamat.

"Kemudian kiai NU datang dan bilang kalau nasi satu kepal tidak cukup untuk 'selamat'. Lalu disuruhlah menyembelih seekor kambing dan masak sekarung beras. Setelah jadi nasi 30 piring dan gulai 30 mangkok, kemudian masyarakat bertanya 'di mana sesajian ini diletakkan?'. Kiai NU lalu bilang, 'jangan ditaruh di pojok rumah. Tapi panggil tetangga-tetangga, fakir miskin, anak yatim dan makan bersama-sama. Sebelum makan berdoa dulu, salawat, istighfar, tahlilan supaya selamat. Makanya kemudian nama acaranya adalah 'selametan'," kata Said.

Tujuannya adalah agar Islam tetap kuat dan budaya tetap langgeng. Sehingga nantinya bangsa Indonesia tak tergerus oleh arus globalisasi yang keras. Kalau sampai budaya Indonesia tergilas, maka bangsa ini tak akan memiliki jati diri.

"Kita mampu mewarnai Islam yang benar sebagai rahmat agama dan hidayah. Malah tema ini (Islam nusantara, -red) jadi perbincangan di dunia seperti di Arab, PBB bahwa ciri khas Islam di Indonesia itu mempertahankan budaya," imbuh dia.

Menurut pria kelahiran Cirebon, 3 Juli 1953 ini dalam penyebaran Islam tak perlu menggunakan kekerasan. Cara-cara yang dilakukan oleh para Wali Songo dahulu bahkan efektif meng-Islam-kan nusantara kala itu hanya dalam waktu 50 tahun.

Sebelum masa Wali Songo memang Islam sudah masuk, namun masih sedikit pemeluknya. Lalu hanya dalam kurun waktu tahun 1450 sampai 1500, agama mayoritas masyarakat nusantara saat itu langsung ditinggalkan dan memeluk Islam.

"Sampai berdiri kerajaan Demak Bintoro di Jawa Tengah dengan raja pertamanya adalah Raden Fatah. Dia adalah anak dari Brawijaya V yang merupakan raja Majapahit. Tetapi kemudian penduduk Majapahit memilih bergabung dengan Demak dan Majapahit hilang dengan sendirinya. Kalau orang Jawa bilang ilang sirna kertaning bumi atau hilang ditelan bumi, tidak diserang kok hilang?" sebut Said.

Sekali lagi lulusan Universitas King Abdul Aziz, Arab Saudi itu menegaskan bahwa Islam nusantara bukanlah aliran baru. Melainkan sebuah ciri khas bagaimana Islam dapat melebur dengan budaya masyarakat yang ada. (bag/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads