"Pak Tito yang telah berpengalaman selama puluhan tahun jadi anggota Polri sangat sadar dan paham pentingnya secara terus-menerus menjaga citra Polri. Sehingga beliau menjadi sangat sensitif jika ada anggotanya yang dinilai melanggar etika seperti foto bersama pelanggar hukum saat sedang melaksanakan tugas," ujar pengamat kepolisian, Aqua Dwipayana saat dimintai tanggapannya tentang hal ini pada Kamis (16/7/2015).
Foto bersama orang lain tersebut, lanjut pakar komunikasi ini, kelihatannya sepele. Itu jika dilakukan untuk konsumsi pribadi. Namun kalau sudah disebar lewat media sosial, nilainya jadi berbeda. Langsung maupun tidak langsung dapat menurunkan citra orang yang ada dalam foto tersebut dan institusi tempatnya bekerja. Apalagi jika berfotonya dengan orang yang sedang terkena kasus hukum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diberitakan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian memberi teguran ke Kapolsek Pademangan Kompol Benny Alamsyah. Teguran itu terkait foto Benny dengan model Vitalia Sesha yang tersangkut narkoba.
Sebenarnya foto itu dalam konteks wajar. Vitalia duduk bersebelahan dengan Benny yang memakai seragam polisi. Tapi karena Vitalia mengunggahnya di instagram dan foto itu menyebar menimbulkan prasangka yang lain.
"Kapolsek ini melakukan langkah-langkah persuasif, bukan hanya Vitalia, ke semua. Karena kan tidak harus dengan marah-marah. Dengan cara friendly, humanis. Dan justru malah banyak terbuka. Dari hati ke hati. Namun saat difoto itu, yang bersangkutan tidak sengaja untuk dijadikan konsumsi media massa," jelas Tito di Mapolda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Kamis (16/7/2015).
"Saya sudah melakukan teguran, untuk Pamen teguran saja sudah nggak nyaman. Itu bisa pengaruh ke karirnya nanti," tambah Tito.
Foto yang diunggah Vitalia di akun instagramnya akhirnya dihapus. Namun di media sosial foto itu tersebar dan menjadi pembicaraan. Tak ada yang salah dengan foto itu, hanya saja memang saat publik melihat jadi timbul persepsi negatif.
"Pendekatan boleh-boleh saja, kalau ada foto yang terexpose gitu publik jadi menilai negatif. Padahal prestasinya sudah bagus. Saya kasih teguran untuk yang bersangkutan dan jajarannya. Bukan pendekatannya tapi kelalaiannya," terang Tito.
"Saya apreasiasi karena mampu mengungkap kasus narkoba dan kedua karena melakukan pendekatan humanis apalagi pengguna itu seperti korban. Hanya saya menyayangkan dan menegur dengan tersebarnya foto tersebut," tegas dia.
Menurut Tito, Benny membukukan prestasi dengan menangkap Vitalia, namun dengan tersebarnya foto itu malah berubah imejnya.
"Bisa nangkep dan ungkap itu bagus, cuma kalau ada foto itu jadinya negatif. Sehingga apa yang sudah dilakukan jadi tidak ada arti. Tadinya nangkap dapat nilai 100 ini turun jadi 50," tegas dia.
Aqua menambahkan teguran yang disampaikan Tito tersebut menjadi pelajaran dan pengalaman berharga bagi semua polisi di Indonesia tidak hanya yang bertugas di Polda Metro Jaya agar lebih hati-hati saat melaksanakan tugas-tugasnya.
Berusaha untuk dekat dan akrab dengan orang yang diduga bersalah, boleh-boleh saja bahkan bagus sekali. Dengan begitu dapat mengorek informasi yang dibutuhkan sebanyak-banyaknya. Namun tetap harus waspada, mawas diri, dan hati-hati.
"Sikap dan perilaku para anggota polisi yang sedang menangani kasus harus mengutamakan profesionalisme. Tetap menjaga jarak dengan orang yang diduga melakukan kesalahan. Dengan begitu orang tersebut lebih hati-hati dan tidak bersikap seenaknya," ujar Aqua yang telah memotivasi ratusan ribu anggota Polri dan TNI di seluruh Indonesia dan belasan negara.
Mantan wartawan harian Bisnis Indonesia dan Jawa Pos ini menambahkan kecanggihan teknologi saat ini hendaknya membuat anggota polisi lebih hati-hati dalam berperilaku dan bertutur kata. Jangan sampai kebaikan-kebaikannya dimanfaatkan oleh orang-orang yang berusaha mencari titik lemah polisi.
"Agar terhindar dari berbagai masalah termasuk sanksi internal sebaiknya dalam melaksanakan tugas-tugas di kepolisian setiap anggota Polri lebih mengutamakan profesionalisme. Namun dalam berkomunikasi dengan setiap orang jangan kaku dan terkesan jaga image. Tetap ramah, fleksibel, namun selalu hati-hati," lanjut anggota Dewan Pakar Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) ini.
Aqua tertarik dengan pernyataan Tito bahwa bagi seorang perwira menengah (Pamen) teguran saja sudah nggak nyaman. Itu sangat benar.
"Makin tinggi jabatan dan pangkat seseorang di kepolisian, biasanya bertambah sensitif terhadap komunikasi. Sehingga kalau ditegur saja dengan kesalahan yang dibuatnya, sudah merupakan tamparan. Pasti malu sekali. Apalagi yang menegur itu komandan tertinggi di kesatuannya," tambah kandidat doktor Komunikasi dari Fakultas Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung.
Cuma Aqua mengingatkan agar para komandan membiasakan untuk tidak menegur anak buahnya di depan banyak orang. Hal itu selain bisa menimbulkan rasa malu juga dapat membuat orang yang ditegur jadi emosional dan berperilaku negatif lainnya.
Cara terbaik yang dilakukan ujar mantan anggota Tim pakar seleksi menteri detikcom ini adalah mengajak anak buah yang bersalah untuk bicara empat mata. Kemudian diberi hukuman setimpal yang tujuannya untuk mendidik agar tidak mengulangi perbuatannya.
"Sebaliknya jika ada anggota yang berprestasi agar mengapresiasinya di depan banyak orang. Lebih baik lagi jika orang tersebut diberi kesempatan menyampaikan testimoni tentang keberhasilannya itu di depan para anggota lannya. Sehingga orang lain yang mendengarkan dapat mencontoh keberhasilannya dan jadi termotivasi untuk juga mengoptimalkan kemampuannya," pungkas Aqua. (dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini