Perpustakaan keliling itu dinamakan 'Kuda Pustaka' karena memanfaatkan kuda sebagai pembawa buku-buku. Ide itu baru berjalan pada Januari 2015.
Berikut kisah Ridwan seperti dirangkum, Rabu (27/5/2015):
1. Berawal dari Obrolan
|
Sesaat itu pula, Ridwan langsung menyetujui ide Nirwan tersebut, namun dia kebingungan dengan buku-buku yang akan digunakan untuk sarana perpustakaan keliling itu. Apalagi dirinya tidak mempunyai uang untuk membeli buku-buku tersebut.
"Spontan saya bilang itu ide bangus, tapi saya bingung ini buku dari mana, saya tidak punya uang, lalu dia bilang buku tidak usah khawatir nanti saya kirim ke Jawa," Kata Ridwan kepada detikcom, Sabtu (23/5/2015) meniru perkataan temannya saat itu.
Desember 2014 dua kardus berisi buku tiba di rumah Ridwan, di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah. Dengan semangat dirinya langsung menata buku-buku tersebut untuk dibawa keliling menggunakan kuda kesayangannya. Bahkan wadah yang akan ditaruh di punggung kuda sebagai tempat buku juga sudah dia siapkan, namun ternyata cuaca di Lereng Gunung Slamet pada saat itu tidak mendukung, hampir setiap hari hujan terus turun.
"Desember 2014 buku sampai di rumah, ada 2 kardus dengan jumlah 136 buku yang pertama datang. Saya semangat sekali dan sudah langsung ingin keliling tapi cuaca tidak mendukung, hujan terus setiap hari padahal rak (wadah) sudah dibikin dan sudah saya coba di punggung kuda cocok," ujarnya.
Awal Januari 2015 cuaca terlihat sangat bersahabat, tanpa pikir panjang, Ridwan langsung tancap gas keliling membawa buku dengan wadah kayu yang dia tulis 'Kuda Pustaka Gunung Slamet' dan diletakkan di punggung kuda. Tujuannya adalah tempat berkumpulnya anak-anak, seperti di TPQ dan SD.
2. Dikira Jual Buku
|
"Ada yang nanya, sekarang jualan buku ya?" kata Ridwan menirukan ucapan warga saat melihat ia berkeliling dengan kuda dengan buku-buku dicantolkan di pelana modifikasi bertuliskan 'Kuda Pustaka Gunung Slamet'.
Mengenang hal yang terjadi Januari lalu itu, Ridwan tersenyum. Jujur saja, saat itu ia malu. Ia jadi perhatian orang saat melintas. Semua penasaran. Ada yang bertanya, ada yang hanya melihat dengan raut muka heran.
Lokasi pertama yang dikunjungi Ridwan adalah Taman Pendidikan Quran (TPQ) Miftahul Huda yang berjarak 2-3 km dari rumahnya. Di sana, ia langsung dikerubuti anak-anak. Awalnya anak-anak tertarik si kuda, tapi kemudian bertanya soal buku-buku di punggung kudanya.
"Ada anak yang tanya, jualan buku ya Pak? Saya bilang ini dipinjamkan, ini perpustakaan, kamu boleh pinjam, dipilih-pilih aja," kata Ridwan yang ditemui detikcom akhir pekan lalu di rumahnya, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah.
Anak-anak bertanya soal biaya pinjam, lalu Ridwan mengatakan tak perlu membayar. "Dari situ, akhirnya anak-anak pada pinjam. Seminggu berikutnya, saya datang lagi untuk mengambil buku dan menawarkan buku lagi," papar ayah tiga anak ini.
3. Nama Kuda
|
"Dulu saya punya banyak kuda, tapi sekarang saya sudah tidak punya, ada tempat, makanya pemilik kuda pada memasrahkan ke saya untuk merawat kuda-kuda mereka," kata Ridwan kepada detikcom saat ditemui di kediamannya, Sabtu (23/5/2015).
Dia berkisah sekitar sepuluh tahun lalu pemilik Luna, 'Kuda Pustaka' adalah seorang kakek yang mempunyai cucu yang saat itu sedang bertamasya di perkebunan stroberi Desa Serang dan menaiki kuda milik Ridwan yang diberi nama Sabet.
"Cucunya pas naik Sabet tidak mau turun, akhirnya kekeknya bilang nanti beli kuda aja yang penting kamu senang, terus cucunya itu mau turun. Ga lama saya dipanggil, tanya-tanya harga kuda, terus bilang tolong carikan kuda untuk cucu saya setelah saya cari dapat si Luna," katanya.
Setelah kuda tersebut dibeli, kemudian Luna dititipi oleh pemiliknya kepada Ridwan untuk diurus. Setiap bulan Ridwan dikirimi uang untuk biaya mengurus Luna. Namun sudah beberapa tahun terakhir ini sang pemilik tidak berkunjung melihat keadaan Luna.
"Terakhir kemarin, sopirnya bapak (pemilik kuda) telepon bilang katanya lihat saya masuk televisi, terus saya tanya apa bapak tahu, lalu dia bilang bapak tahu dan hanya tertawa," jelas dia yang meminta disampaikan permintaan maafnya karena menggunakan Luna untuk 'Kuda Pustaka'.
Selain Luna, ada pula kuda lainnya yang bernama Unyil yang berumur 2,5 tahun, Unyil adalah anak kedua dari Luna. Selama ini Luna sudah dua kali beranak dan anak terakhirnya adalah Unyil. Sedangkan anak pertamanya Luna sudah dijual.
"Luna saya kawinkan muncul si Luna junior tapi jantan saya jual. Hamil kedua lalu ada si unyil, jadi sudah 2 kali beranak," jelasnya.
Dan yang terakhir adalah Speed Shadow atau si Belang yang berumur 19 bulan. Si Belang merupakan kuda pacu hasil persilangan antara kuda lokal dengan kuda dari Australia yang dibeli oleh Ridwan sejak masih kecil. Karena keterbatasan uang dan rumah yang belum jadi, akhirnya si Belang kembali dijual dan dia dipasrahkan untuk merawatnya.
Awalnya, Ridwan hanya membawa Luna untuk menyebarkan buku. Namun beberapa hari terakhir, dia sempat mengalami keletihan sehingga sulit untuk berjalan hingga akhirnya memunculkan ide membawa serta kuda yang bernama Speed Shadow atau si Belang.
"Giliran TPQ Miftahul Ulum, jaraknya jauh sekitar 2,5 kilometer saya lagi sakit dan tidak bisa jalan, apalagi anak-anak sudah pasti pada nungguin, bisa tidak bisa saya harus datang, akhirnya saya coba pakai si belang, saya pakai si belang untuk mengeret si Luna," kata Ridwan Sururi kepada detikcom, Sabtu (23/5/2015).
Setelah dirinya mencoba membawa kedua kuda tersebut ternyata enak dan si Belang yang diikutin oleh Luna juga tidak kagetan dan tidak menendang. Luna pun demikian, mau mengikuti si Belang. Kolaborasi kedua kuda tersebut akhirnya menjadi ide yang akan dia gunakan setiap hari Rabu untuk menuju TPQ Miftahul Ulum.
"Perjalanan pertama Luna dan Belang sukses, cuma kendalanya wadah papan tempat buku yang ada di punggung Luna saya desain untuk dituntun, makanya untuk jarak jauh dituntun dengan kuda lain agak repot," jelasnya.
4. Didukung Keluarga
|
"Yang penting bisa menularkan gemar membaca buku ke anak-anak," kata istri Ridwan, Kartiah (36) kepada detikcom di rumahnya, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.
Dalam banyak hal, uang tak layak jadi pertimbangan. Ada hal lain yang lebih penting. Kartiah meyakini hal itu. Bagi ibu tiga anak ini, Deni Fabli Fauzi (19), Indriyani Fatmawati (10) dan Dekanatrian Ramadhan (2), begitulah yang harus diambil hikmahnya dari kuda pustaka.
"Bapak pernah bilang gitu (tidak ada uangnya), ya terserah Bapak. Saya sih senang-senang saja. Bangga (kuda pustaka) bisa jalan," imbuh Kartiah.
Setelah kuda pustaka berjalan selama beberapa waktu, Indriyani ikut membantu. Bersama ayahnya, ia menyambangi TPQ Miftahul Huda pada hari Selasa. Untuk ke TPQ Miftahul Ulum yang jaraknya jauh, ia memilih tak ikut. Sedangkan untuk ke SDN 5 Serang, ia juga tak bisa membantu karena berbarengan dengan jadwal sekolah.
Mengapa Indri akhirnya ikut membantu? "Kasihan, takut (bapak) capek," kata bocah perempuan ini.
"Saya bangga melihat Bapak dan bisa bantu anak-anak agar rajin membaca," imbuhnya.
5. Direspons Positif Kades
|
"Pak Kades mengatakan jika membutuhkan buku tidak perlu khawatir. Di perpusdes banyak buku yang bisa digunakan sebagai sarana 'Kuda Perpus'," kata Ridwan menirukan perkataan Kades Serang saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (23/5/2015) lalu.
Menurut dia, permintaan tersebut pertama kali dia ajukan setelah 'Kuda Pustaka' kekurangan buku-buku untuk dibaca oleh anak-anak. Ridwan sengaja menemui Kades setempat untuk meminta bantuan jika ada tamu yang berkaitan dengan pendidikan agar dapat dimintai bantuan buku-buku.
Mendapatkan sambutan yang baik dari perangkat desa, dirinya langsung merasa senang, bahkan dirinya sempat ditawari untuk sekalian mengelola perpustakaan desa agar bisa mendapatkan bayaran dari desa.
"Pak Kades sempat bilang kalau 'Kuda Pustaka' maju, perpus desa tolong dikelola sekalian saja biar nanti mas Ruri dapat bayaran dari desa, tidak seberapa yang penting cukuplah buat tambahan jajan anak-anak. Kemudian saya bilang nanti saya pikirkan lagi pak," jawabnya.
Selain respons baik dari pihak desa setempat soal kekurangan buku bacaan pada anak-anak, rupanya minat membaca di desa tersebut terus tumbuh bukan hanya di kalangan anak-anak SD dan TPQ, namun juga anak-anak SMA dan orang dewasa lainnya. Terbukti dengan adanya permintaan buku bacaan tentang biografi Bung Karno serta buku mengenai ternak kambing, domba dan budidaya lele.
"Ada anak minta buku biografi Bung Karno, dia masih sekolah SMA, lalu ada lagi yang minta buku tentang ternak kambing dan domba, kemudian ada juga yang minta buku budidaya ikan lele," jelasnya.
Namun itu semua malah membuat dirinya bingung. Dari mana dirinya bisa mendapatkan buku-buku tersebut, sedangkan untuk membelinya saja sudah tidak mungkin. Hingga akhirnya dia berkenalan dengan Joko Prasetyo, seorang pengurus perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang bersedia mencari kebutuhan Ridwan.
"Belum ada satu minggu dia langsung kasih kabar kalau bukunya sudah didapat. Malah dia langsung datang sendiri kesini mengantarkan buku sekalian mengunjungi 'kuda pustaka'," ungkapnya.
Untuk menambah semangat membaca dan meningkatkan pengetahuan umum kepada anak-anak di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, Ridwan Sururi melalui 'Kuda Pustaka' mempunyai ide untuk membuat sebuah lomba cerita terutama untuk anak-anak yang meminjam buku di 'Kuda Pustaka'.
"Saya punya ide untuk mengadakan lomba cerita terutama untuk anak yang pinjam buku dari Kuda Pustaka, dengan begitu, anak-anak akan lebih mudah menghafal," kata Ridwan.
Menurut dia, nantinya setiap anak akan menceritakan tentang pahlawan-pahlawan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu nantinya setiap anak akan dipinjami buku-buku tentang kepahlawanan agar bisa bercerita.
Ide mengadakan lomba tersebut disambut baik oleh pengurus perpustakaan Unsoed Purwokerto, Joko Prasetyo. Bahkan rencana lomba yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus mendatang akan dibantu dibantu sepenuhnya untuk juri, hadiah serta piagam.
"Sebenarnya saya sudah siapkan hadiah, saya dapat sumbangan alat-alat tulis dari orang, malah pa Joko mau tambah hadiah piala dan piagam, juri juga akan disiapkan, wah tambah semangat saya," jelasnya.
Saat ini buku-buku yang ada di 'Kuda Pustaka Gunung Slamet' masih sebatas untuk anak-anak di TPQ dan SD, meskipun ada untuk anak kecil tapi jumlahnya masih sangat terbatas. Ke depan, 'Kuda Pustaka' ingin merambah ke Taman Kanak-kanak (TK).
Menurut dia, sudah banyak ibu-ibu yang bertanya soal buku untuk latihan membaca anak-anak TK, namun jumlahnya belum banyak.
Halaman 2 dari 6
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini