Sehingga, Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) kian terdesak dengan adanya pembukaan jalan alternatif lintas timur Sumatera di sekitar kawasan hutan margasatwa Balai Raja, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) Krismanko Padang menegaskan pembukaan jalan tersebut harus dihentikan karena akan memperparah konflik gajah dan manusia.
"Semenjak jalan ini dibangun, kelompok gajah Balai Raja tidak pernah kembali ke sini. Pada pekan lalu, kelompok gajah ini berkonflik dengan manusia di Desa Koto Pait yang mengakibatkan satu warga meninggal dunia ," ujar Krismanko dalam siaran persnya yang diterima detikcom, Rabu (1/4/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Daerah konservasi gajah) dalam kondisi sangat tidak layak karena sudah berubah menjadi area perkebunan dan permukiman masyarakat. SM Balai Raja dengan luas sekitar 20 ribu hektar yang ditetapkan pemerintah untuk daerah konservasi gajah hampir seluruhnya telah diokupasi masyarakat," kata Krismanto.
Dia menyebutkan, diperlukan komitmen dan upaya yang sangat besar untuk memperbaiki kawasan tersebut agar layak menjadi habitat gajah.
"Kelompok gajah Balai Raja yang diperkirakan hanya berjumlah 30-an ekor ini berlindung di spot-spot hutan rawa dan menjadikan tanaman perkebunan masyarakat seperti sawit serta karet sebagai sumber makanan," terangnya.
Humas Pemkab Bengkalis, Johansya kepada detikcom mengatakan, bahwa proyek pembangunan jalan lingkar di Duri bertujuan untuk memecahkan kemacetan. "Saya kira dalam pengerjaan jalan tersebut, tentunya sudah ada kajian yang mendalam. Jadi kami kira tidak ada masalah terkait pembangunan jalan tersebut," kata Johansyah.
(cha/tfn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini