Di Negara Ini, Limbah Manusia Jadi Bahan Bakar hingga Makanan

Di Negara Ini, Limbah Manusia Jadi Bahan Bakar hingga Makanan

- detikNews
Senin, 24 Nov 2014 14:20 WIB
Di Negara Ini, Limbah Manusia Jadi Bahan Bakar hingga Makanan
(Foto: geneco-uk.com)
Jakarta - Di Indonesia, pemanfaatan limbah sisa metabolisme makhluk hidup baru sebatas feses hewan: jadi pupuk kandang. Di negara-negara ini, bahkan sudah memanfaatkan feses manusia bahkan air seni sebagai pupuk, sumber energi hingga bahan pangan! Hah?!

1. Jepang: Makanan Sintetis

(Foto: digitaltrends.com)
Seorang peneliti dari Laboratorium Okayama, Mitsuyuki Ikeda, telah mengembangkan proses pembuatan daging sintetis dari ekstrak protein yang terkandung pada kotoran manusia. Demikian seperti dilansir dari Digital Trends, Sabtu (18/6/2011).

Penelitian ini berawal dari inisiatif Tokyo Sewage, semacam departemen pengolahan limbah di Jepang, yang melakukan pendekatan khusus kepada para ilmuwan karena terlalu banyaknya limbah yang tersedia.Β  Mereka meminta agar para ilmuwan mengeksplorasi kegunaan limbah tersebut untuk pupuk. Namun, pada praktiknya Ikeda menemukan limbah tersebut mengandung banyak protein karena bakteri yang ada di dalamnya.

Para peneliti lantas mengambil ekstrak protein tersebut, kemudian mengkombinasikannya dengan semacam cairan reaksi pembangkit. Selanjutnya ekstrak protein tersebut dimasukkan ke dalam mesin yang mampu membentuk ekstrak tersebut menjadi seperti daging sintetis.

Setiap daging sintetis tersebut memiliki kandung protein sebanyak 63 persen, karbohidrat 25 persen, lipid (lemak yang tidak larut dalam air) 3 persen, dan mineral 9 persen. Para peneliti kemudian memberi warna merah pada daging sintetis dengan pewarna makanan dan memberi rasa dengan protein kedelai. Pada pengetesan pertama, orang-orang menyebut rasanya mirip seperti daging sapi.

Sementara itu, terhadap daging sintetis ciptaannya ini, Profesor Ikeda cukup memahami hambatan psikologis yang mungkin dialami masyarakat jika hendak memakannya. Terlebih orang pasti akan jijik jika mengingat bahwa daging tersebut terbuat dari kotoran manusia. Ikeda menyatakan, penelitiannya ini masih akan disempurnakan lagi.

Berani mencoba?

2. Kenya dan Ethiopia: Jadi Pupuk

(Foto: AFP)
Di Kenya, 3,1 juta warga Nairobi menghasilkan nyaris 4 juta ton feses per tahun, menurut Sanergy, LSM nonprofit yang menangani sanitasi di wilayah kumuh, seperti dikutip dari NPR yang terbit 23 November 2014.

Sanergy kemudian mengolah feses manusia ini menjadi pupuk dan menjualnya ke petani di kawasan Afrika timur. Keuntungannya dapat membiayai para pekerja di LSM mereka.

Sama seperti Sanergy, di Ethiopia, Catholic Relief Service menangani sanitasi yang buruk. Mereka terbiasa membuang air besar di tempat terbuka. Catholic Relief Service kemudian membuatkan mereka WC sederhana berupa lubang di tanah dan digunakan dengan berjongkok. Saat sudah membuang fesesnya, mereka diminta menimbun dengan tanah dan abu untuk menghilangkan baunya. Saat lubang itu sudah penuh, mereka menanam bibit pohon mangga.

3. Ghana: Jadi Briket Arang

(Foto: Mary Njenga/ICRAF/World Agroforestry Center)
Di Ghana, LSM asal Belanda, SNV mempromosikan arang briket yang dibuat dari sisa metabolisme manusia. Mayoritas warga Ghana masih memasak menggunakan kayu bakar dan arang batu bara yang makin terbatas di lingkungannya, terutama di daerah pedesaan.Β 

Akhirnya, SNV membuat proyek percontohan untuk membuat arang dari feses manusia. Peralatan yang dibutuhkan untuk proses ini adalah memisahkan materi padat dan cair dari limbah itu, kemudian mengeringkan. Namun yang masih menjadi pertanyaan, adakah orang yang berani menyentuh briket arang yang dibuat dari limbah manusia?Β 

"Limbah manusia di banyak budaya, termasuk di Afrika, memiliki konotasi yang sangat buruk. Orang-orang tidak terlalu suka untuk menyentuhnya, mereka lebih suka menjauh. Aspek kultural ini akan menjadi bagian dari proyek percontohan ini, untuk melihat apakah orang-orang ada keinginan untuk menangani briket dari limbah manusua ini," kata senior strategy officer SNV untuk energi terbarukan, Wim van Nes, seperti dilansir dari devex.com, 4 Oktober 2013 lalu.

Proyek percontohan ini akan mencari formula produksi yang tepat, termasuk harga jika briket arang limbah manusia ini akan digunakan.

4. Nigeria: Jadi Generator Listrik

(Foto: collective-evolution.com)
Di Nigeria, sekelompok gadis remaja di Lagos mengembangkan generator yang bisa memproduksi listrik selama 6 jam yang berbahan bakar 1 liter air seni. Generator yang pertama kali dipamerkan pada pameran Maker Fair Africa tahun 2012 lalu itu, memisahkan gas hidrogen dari air seni melalui proses elektrolisis untuk menghasilkan listrik, demikian dilansir collective-evolution.com, 23 Desember 2013 lalu.

Prinsip kerja generator itu berdasarkan hasil riset dari guru besar kimia dari Ohio University, Gerardine Botte. Pada 2009, Botte berhasil mengekstrak hidrogen (H2) dari air seni dari zat amonia dalam urine, (NH2)2CO, demikian dilansir dari wired.com edisi 17 Juli 2009.

Hidrogen kurang erat terikat pada nitrogen dalam urea daripada oksigen di dalam air, sehingga electrolyzer hanya membutuhkan 0,37 volt di sel untuk mengoksidasi urea, menurut Botte. 0,37 Volt itu kurang dari setengah jumlah energi dalam baterai AA dan jauh lebih kecil dari 1,23 volt yang dibutuhkan untuk memisahkan air. Botte bahkan memiliki mimpi membuat mobil berbahan bakar air seni yang bisa mencapai 60 mil per galon.

5. Inggris: Jadi Bahan Bakar Bus

(Foto: BBC)
Bus bertenaga kotoran manusia dan sampah makanan untuk pertama kalinya beroperasi di Inggris, melayani rute antara Bristol dan Bath.
Angkutan umum dengan 40 kursi ini dinamai Bio Bus, dioperasikan dengan gas biometana yang dihasilkan melalui pengolahan limbah dan sampah makanan.

Bus ramah lingkungan ini bisa menempuh jarak 300 kilometer dengan satu tanki gas. Satu tanki gas ini biasanya bisa diisi dengan tinja yang dikeluarkan lima orang selama setahun. Kendaraan dioperasikan oleh Perusahaan Bath Bus dan mengangkut orang dari Bandara Bristol dan pusat kota Bath, demikian dilansir dari BBC Indonesia, edisi Kamis 20 November 2014.

Gas biometana diambil dari pengolahan limbah Bristol, yang dijalankan oleh GENeco, anak perusahaan dari Wessex Air. Manajer GENeco Mohammed Saddiq mengatakan, "kendaraan bertenaga gas memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas udara di kota-kota Inggris."

"Namun Bio-Bus lebih dari sekadar itu dan benar-benar didukung oleh orang-orang yang tinggal di daerah setempat, termasuk sangat mungkin orang-orang di bus itu sendiri."

Layanan dari bandara ke Bath membawa sekitar 10.000 penumpang setiap bulan. Pengolahan limbah Bristol mengolah 75 juta meter kubik limbah kotoran dan 35.000 ton limbah makanan setiap tahun.

Sebanyak 17 juta meter kubik biometana cukup untuk memberi listrik untuk 8.300 rumah, dihasilkan setiap tahun di pabrik itu melalui proses yang dikenal sebagai pencernaan anaerobik.
Halaman 2 dari 6
(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads