Nusron Wahid: Golkar Perlu Evaluasi Besar-besaran

Golkar Pecah

Nusron Wahid: Golkar Perlu Evaluasi Besar-besaran

- detikNews
Rabu, 23 Jul 2014 15:52 WIB
Jakarta - Internal Golkar bergejolak pasca kekalahan Prabowo-Hatta di Pilpres 2014. Kini elite muda Golkar bersuara lantang menyuarakan evaluasi besar-besaran.

"Golkar membutuhkan forum evaluasi besar-besaran atas kegagalan yang beruntun di semua proses politik. Elite Golkar tidak boleh egois dan hanya mengedepankan kepentingan elite dan kelompoknya tanpa berpikir masa depan partai selanjutnya," kata Nusron dalam siaran pers, Rabu (23/7/2014).

Menurut Nusron, Golkar tidak boleh disandera oleh oknum pengurus, elite, dan kelompoknya. Apalagi sampai menutup dibukanya forum evaluasi dengan argumen yang menurut Nusron akal-akalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anggota DPR yang dipecat karena mendukung pasangan capres-cawapres Jokowi-JK mengingatkan Partai Golkar bukan milik ketua umum, Sekjen, DPP, beberapa ketua DPD dan segelintir elite lainnya. Tapi Golkar dengan sejarah panjangnya sudah menjadi milik rakyat dan bangsa Indonesia.

"Tidak ada yang harus ditunda atau dipercepat. Kondisi saat ini, Partai Golkar membutuhkan forum evaluasi besar-besaran. Forum itu adalah Munas lima tahun. Ingat ketika dilantik pengurus itu periodenya 2009-2014, bukan 2015. Mayoritas kader dan pemilih Golkar menghendaki itu," papar Nusron yang menjadi caleg terpilih periode 2014-2019 dengan meraih suara terbesar.

Nusron mengatakan periode ini merupakan masa suram dan kegelapan Partai Golkar. Berbagai portofolio kepala daerah strategis banyak yang lepas, Pemilu Legislatif gagal mencapai target bahkan kehilangan 15 kursi dibanding 2009, Pilpres gagal mencalonkan presiden atau menyodorkan cawapres, ikut koalisi juga kalah.

"Lantas apalagi prestasi yang akan dibanggakan kepada kader dan konstituen? Kok masih mau mencoba bertahan dengan egonya dengan mengulur-ulur waktu," kecam Nusron atas kinerja Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie.

Dia mengingatkan slogan Partai Golkar adalah suara rakyat suara Golkar. Apa yang terbaik buat rakyat dan bangsa, akan menjadi kebijakan Partai Golkar. Namun, faktanya yang terjadi sebaliknya, apa yang terbaik buat elite yang akan diperjuangkan Golkar. Ini yang membuat Partai Golkar mengalami kekalahan secara beruntun.

"Kalau ini masih dipertahankan, kami yakin Pemilu 2019 konstituen Golkar akan berbondong-bondong pindah ke partai lain, karena abai dengan kehendak konstituen dan rakyat. Golkar butuh nafas, paradigma, nalar gerakan dan tokoh baru untuk bisa berkompetisi pada Pemilu 2019. Apalagi pemilu mendatang serentak, Pileg dan Pilpres," tandasnya.

(van/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads