Buku Safari ANS Soal Misteri Utang AS ke Indonesia yang Menuai Kritik Tajam

Buku Safari ANS Soal Misteri Utang AS ke Indonesia yang Menuai Kritik Tajam

- detikNews
Kamis, 08 Mei 2014 04:35 WIB
Jakarta - Safari ANS, seorang wartawan yang menulis sebuah buku berjudul 'Harta Amanah Soekarno' menuai banyak kritikan. Meski penelitian Safari selama 10 tahun dibuktikannya secara perbankan dan valid, dokumen yang dia pegang masih perlu diuji keotentikannya.

Dalam buku itu, Safari mengulas mengenai misteri terbesar tentang Indonesia yaitu The Green Hilton Memorial Agreement. Yang berisi perjanjian antara Amerika Serikat dan Indonesia.

Perjanjian itu diyakini telah ditandatangani oleh Soekarno (Presiden RI) dan John F Kennedy (Presiden AS) pada tanggal 14 November 1963 dengan seorang saksi dari Swiss bernama William Vouker. Pada tanggal tersebut Kennedy dan Soekarno memang bertemu tetapi mengenai perjanjian itu masih abu-abu.

Safari menyebut, dalam perjanjian itu AS setuju untuk mengakui bahwa kekayaan negara dalam bentuk emas yang jumlahnya 57 ribu ton emas berasal dari Indonesia. Dana dalam bentuk emas itu diklaim Bung Karno kepada Amerika sebagai harta rampasan perang.

Namun, sejarawan dan juga peneliti LIPI, Asvi Marwan Adam ragu dengan dokumen yang dijadikan rujukan Safari itu. Menurutnya, perlu dilakukan pengujian oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

"Pertama dokumennya itu, dokumennya harus dibuktikan itu otentik. Setahu saya cap yang dipakai Presiden Indonesia itu padi, kapas dan bintang. Sementara dalam buku itu garuda. Kemudian tanda tangan Bung Karno, dan juga keotentikan dokumen itu dengan pengujian kertas, kop, pengetikan, cap itu. Dari arsip Amerika, dari Departemen Luar Negeri Amerika tidak pernah menyinggung soal hal ini (adanya perjanjian itu)," kata Asvi Marwan saat bedah buku itu di Universitas Paramadina, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (7/5/2014).

Namun meski mendapat banyak kritikan, Safari yang juga pendiri LSM International Fund for Indonesia Development itu tak patah arang. Tujuan dia agar masyarakat dan pemerintah Indonesia mengakui lebih dulu tentang eksistensi perjanjian itu.

"Secara perbankan, dokumen itu sudah saya buktikan dan valid. Target saya sekarang adalah agar masyarakat mengakui, kalau sudah diakui baru kita bawa ke internasional. Tentang ada tidaknya emas atau uang itu, nanti akan saya bahas tapi yang penting untuk sekarang itu," kata Safari.

Ke depan, Safari juga ingin pemerintah memperhatikan apa yang telah dia lakukan dan kemudian membentuk tim khusus untuk membuktikan keaslian dokumen perjanjian itu. Namun, dia ragu dan mengaku waswas jika ada orang atau kelompok yang menyalahgunakan kewenangan itu.

"Beberapa dokumen ada, dan malah para pejabat di depan saya tidak percaya tapi di belakang mencoba memverifikasi dan mencairkan dana itu. Saya ingin ada tim atau komisi nasional yang kemudian menindaklanjuti penelitian investigasi saya untuk diakui," kata Safari.

(dha/mok)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads