Sejauh ini belum ada tanggapan dari pemerintah Australia mengenai penyadapan ini. Namun beberapa waktu lalu, surat kabar Jerman, Der Spiegel memberitakan bahwa kedutaan-kedutaan Australia di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, digunakan untuk menyadap percakapan telepon dan data.
Bahkan media Inggris, The Guardian menuliskan, badan intelijen elektronik Australia, atau yang juga disebut Direktorat Sandi Pertahanan, DSD bekerja sama dengan Badan Keamanan Nasional AS, NSA melakukan operasi pengintaian di Indonesia selama KTT perubahan iklim PBB di Bali pada 2007 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua negara, semua pemerintahan mengumpulkan informasi. Itu tidak mengejutkan. Tidak mengagetkan," kata Abbott seperti dilansir The Guardian, Senin (18/11/2013).
"Kami menggunakan informasi yang kami kumpulkan itu untuk kebaikan, termasuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan Indonesia," tandasnya. Dikatakan Abbott, dalam pertemuan dengan Boediono tersebut, dirinya menawarkan untuk meningkatkan level pertukaran informasi kedua negara.
"Karena saya ingin rakyat Indonesia mengetahui bahwa semua, semua yang kami lakukan adalah untuk membantu Indonesia serta membantu Australia. Indonesia adalah negara yang sangat saya hormati," tutur pemimpin baru negeri Kangguru itu.
Abbott saat itu juga menolak menyebut penyadapan yang dilakukan negaranya sebagai aktivitas mata-mata. "Menggunakan istilah mata-mata, itu bahasa yang agak berlebihan... mungkin tepatnya mengumpulkan keterangan. Berbicara dengan orang-orang. Memahami apa yang terjadi," tandasnya.
Sementara mengenai kabar terbaru soal penyadapan yang dilakukan intelijen Australia terhadap Presiden SBY dan pejabat-pejabat Indonesia, juru bicara Abbott menolak berkomentar.
"Konsisten dengan praktik sejak lama pemerintah Australia, dan demi kepentingan keamanan nasional, kami tidak berkomentar mengenai masalah intelijen," cetusnya.
(ita/nrl)