Pengemis 'Silverman' Bandung Dihuni Anjal hingga Mantan Napi

Pengemis 'Silverman' Bandung Dihuni Anjal hingga Mantan Napi

- detikNews
Selasa, 02 Apr 2013 14:57 WIB
Bandung - Pengemis 'Silverman' atau manusia perak bertebaran di Kota Bandung. Ada sekitar 40 anggota yang bergabung dalam Komunitas Manusia Perak. Mereka semua kaum marginal yang memiliki tekad kepedulian antarsesama.

"Profil anggota komunitas ini beragam. Ada anak jalanan (anjal), pengamen, berlatar broken home, preman, hingga mantan napi," ungkap salah salah satu Koordinator Komunitas Manusia Perak, Dodi (31), saat berbincang di pertokaan kawasan Jalan Buahbatu, Kota Bandung, Selasa (2/4/2013).

Dodi bercerita, komunitas tersebut resmi terbentuk pada 25 Januari 2012. Keberadaan mereka bukan abal-abal. Komunitas ini legal lantaran mengantongi akta notaris. Anggota 'Silverman' sengaja dikoordinir agar tidak liar dan diajak berkegiatan positif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mayoritas anggota, sambung Dodi, selama ini mengarungi hidup di jalanan. Mereka sepakat berkumpul dalam satu wadah yang dikemas unik dan kreatif. Sekujur tubuhnya saban hari rela berlumur cat perak khusus body painting.

"Saya tidak merekrut anggota. Justru mereka datang sendiri dan menyatakan siap bergabung," ungkap Dodo yang juga Ketua Karang Taruna Kelurahan Pasirluyu Bandung.

Sulaeman alias Mang Sule (31), Koordinator Komunitas Manusia Perak yang sekaligus pencetus pengemis berdandan 'Silverman', merasa anggotanya yang semuanya berusia 17 tahun ke atas perlu dirangkul demi menuju arah kebaikan.

"Kami ini menjalankan misi sosial. Para manusia perak ini keberadaannya menyebar di sejumlah titik perempatan lampu merah di jalan utama Bandung," ucap Sule di lokasi sama.

"Ya, 'Silverman' ini membawa kotak kardus sambil mendatangi pengendara. Kami tidak pernah minta uang secara paksa. Tidak boleh begitu," tambahnya.

Menurut Sule, anggotanya dijejali peraturan ketat saat turun ke jalan. Sule enggan manusia perak dicap negatif oleh masyarakat.

"Saya selalu bilang agar bersikap baik, sopan santun, jangan mabuk-mabukan, dan harus ikhlas yang artinya siap dihina dan dipuji. Pokoknya jaga nama baik komunitas," tuturnya.

Sule menyebutkan, aktivitas mengemis anggotanya dimulai jam sembilan pagi. Para 'Silverman' membawa kotak kardus yang ditempali kertas bertulis 'Peduli Yatim Piatu'. Di kertas itu pun tercantum nomor akta notaris yang bermaksud menyampaikan kepada masyarakat bahwa 'Silverman' bukan gerakan ilegal.

Menjelang malam atau jam enam petang, gerombolan 'Silverman' berkumpul di basecamp yang berlokasi di Jalan Buahbatu. Tempat ngumpul itu berada di bangunan kosong yang tak jauh dari kantor Bank Mega.

Dodi dan Sule sebagai koordinator, menyiapkan kebutuhan cat bagi angootanya. "Untuk dua hari, membutuhkan satu kilogram cat perak body painting. Harganya tiga ratus ribu rupiah per kilogram. Belinya ngambil dari uang kas," ungkap Sule.

Menurut Sule, cat body painting itu dicampur minyak kelapa sebelum dibalur ke tubuh. "Dijamin tahan air dan tidak gampang luntur. Cara membersihkannya, tinggal mandi saja," katanya sembari tertawa.

Bahaya tidak cat itu terkena kulit? "Sejauh ini, saya juga pernah pakai, enggak masalah. Tidak gatal," ujar pria berkacamata ini.




(bbn/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads