Anggota Kompolnas yang datang antara lain Adrianus Meliala dan Brigjen Pol Syafriadi Cut Ali. Mereka datang ke ruang forensik RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (7/9/2012).
"Kami melihat bahwa ada beberapa elemen masyarakat yang mengeluarkan analisis dan pendapat bahwa teror Solo adalah teror bohong-bohongan dan rekayasa. Ada sejumlah keanehan," ujar Adrianus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami melihat tadi adalah kondisi jenazah dari dua terduga teroris yang sudah diverifikasi datanya bahwa dia adalah Farhan dan Muchsin," kata Adrianus.
Adrianus juga bertemu dengan keluarga Muchsin. Keluarga mengakui jenazah tersebut merupakan anggota keluarganya.
"Mereka mengakui bahwa mereka (Muchsin) adalah keluarga mereka. Kami memastikan bahwa mereka tewas karena kontak tembak di Solo sebagaimana diberitakan," kata Adrianus.
Guru Besar UI ini juga memastikan bahwa Polri bertindak benar terhadap musuh negara yang memang mampu melakukan satu kegiatan teror. Begitu juga dengan Densus 88, dinilai Adrianus sudah melakukan tindakan yang proporsional.
Hal yang senada dikatakan anggota Kompolnas Brigjen Pol Syafriadi Cut Ali. Menurut Syafriadi, penggerebekan teroris yang dilakukan Densus 88 bukan rekayasa.
"Apa yang mereka lalukan cukup profesional. Buktinya mereka bisa menangkap dan melumpuhkan teroris walaupun itu dengan terpaksa harus ditembak," kata Syafriadi.
(nik/nrl)