Bangsa Indonesia Harus Lebih Cerdas Hadapi Bencana Pasca Tsunami di Aceh

Bangsa Indonesia Harus Lebih Cerdas Hadapi Bencana Pasca Tsunami di Aceh

- detikNews
Selasa, 07 Des 2010 11:03 WIB
Banda Aceh - Gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004 mengandung pelajaran yang tak ternilai tentang bagaimana menghadapi bencana serupa di masa mendatang. Karena itu, Aceh dan bangsa Indonesia seharusnya lebih cerdas mengantisipasi tsunami berdasarkan pengalaman dari Aceh tersebut.

"Menurut saya, Aceh dan bangsa Indonesia secara nasional harus lebih cerdas di masa mendatang. Setelah terjadi bencana di Aceh apa yang kita temukan? Jangan sampai kita tidak temukan apa apa," kata Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar saat berbincang dengan wartawan di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh, NAD, Senin (6/12/2010),
malam.

Menurut Nazar, tsunami di Aceh harus membuat bangsa Indonesia bisa menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi pengembangan teknologi penanggulangan bencana. Selain itu, Indonesia harus lebih mandiri dalam pengurangan risiko bencana dan tidak malah tergantung dengan asing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mencontohkan Jepang, yang mampu membuat bangunan berkonstruksi tahan gempa, sebagai negara yang menjadi 'langganan' gempa bumi. Indonesia pun harus berbuat sama, jangan sampai tidak ada kemajuan yang dicapai sehingga gempa dan tsunami yang kemungkinan terjadi di masa mendatang kembali menimbulkan kerugian besar.

"Kita, kan, harus melakukan hal yang sama. Jangan sampai sudah terjadi bencana di Aceh, Padang, Jawa Barat, di Yogya dan di mana-mana, 10 tahun lagi sedikit gempa, bangunan di mana-mana hancur lagi, hancur lagi. Artinya kita tidak mengalami perubahan," ujarnya.

Nazar menjelaskan, belajar dari tragedi tsunami yang memakan korban hingga 200 ribu orang di wilayahnya 6 tahun silam, ada beberapa hal mendasar yang harus dipersiapkan. Beberapa hal itu adalah peraturan yang tegas, teknologi informasi kebencanaan, kesiapan masyarakat, dan pemanfaatan kearifan lokal.

Dari segi peraturan, Nazar menginginkan, pemerintah pusat membuat aturan khusus mengenai pembangunan infrastruktur di daerah yang rawan bencana seperti Aceh. Lalu menyangkut teknologi informasi, Aceh saat ini telah mempunyai sejumlah perangkat pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan Aceh, meski jumlahnya masih kurang
banyak.

Di bidang kelembagaan, Aceh membangun beberapa lembaga penanggulangan bencana pasca tsunami. Lembaga-lembaga itu antara lain Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Pusat Pengendalian Operasi atau Crisis Center yang bermarkas di Kantor Gubernur. Crisis center itu dilengkapi peralatan canggih bantuan dari Prancis, dan 26
operatornya dilatih di Australia.

"Kemudian kita juga membentuk Tsunami Disaster Mitigation Reseach Center (TDMRC) yang dikunjungi Wapres tadi (kemarin). Tujuannya untuk meneliti, meriset, mitigasi, terjadinya tsunami. Mungkin TDMRC di Aceh ini yang pertama di Indonesia saya kira," kata Nazar.

Terkait dengan kesiapan masyarakat, Nazar mengungkapkan, masyarakat Aceh telah diberi pelatihan-pelatihan menghadapi tsunami (tsunami drill) secara berkala. Di Aceh, telah dua kali diselenggarakan tsunami drill berskala internasional, yang diikuti oleh 5.000-an masyarakat Aceh. Di tanah rencong, imbuhnya, saat ini juga sudah dibentuk
desa siaga bencana.

Selain itu, untuk mempersiapkan antisipasi bencana sejak dini, Pemda Aceh berencana memasukkan pendidikan kebencanaan ke dalam kurikulum sekolah SD hingga SMA. Bahkan, ia meminta perguruan tinggi di Aceh untuk membuka program studi kebencanaan. Aceh juga telah mengirim puluhan mahasiswa untuk belajar mengenai bencana ke luar negeri.

"Yang namanya bencana, kan, ada saja yang terjadi di luar perkiraan kita. Makanya kita buat agar masyarakat siaga. Paham dan siaga, itu saja," cetusnya.

Menyangkut kearifan lokal, Nazar mengatakan, masyarakat di daerah Simeulue, pesisir barat Aceh, mempunyai tradisi bernama Smong. Smong yang dalam bahasa umum berarti tsunami, berisi peringatan dini akan terjadinya bencana.

Smong yang sudah turun temurun diwariskan masyarakat Simeulue terbukti mampu menekan jatuhnya korban ketika tsunami melanda daerah itu pada 2004.

"Tanpa teknologi mereka selamat. Hanya 3 orang yang meninggal waktu tsunami, itu pun sudah naik dia turun kembali, karena mau mengambil barang," tutupnya.

(irw/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads