Atropatena adalah alat yang bisa merekam variasi medan gravitasi akibat adanya gelombang tektonik yang muncul saat terjadinya gempa. Saat ini, baru tiga stasiun yang yang dipasang di seluruh dunia. Salah satunya di Yogyakarta. Dua alat lain dipasang di wilayah Baku, Azerbaijan dan di Islamabad, Pakistan.
"Dengan adanya alat yang sudah terpasang itu, kita sedang meneliti seberapa jauh pemanfaatan Atropatena sebagat alat untuk prediksi gempa bumi jangka pendek," kata Dr Wahyudi salah seorang peneliti Atropena dalam seminar bulanan PSBA dalam rangka memperingati 4 tahun gempa Yogyakarta di Kampus UGM, Bulaksumur, Yogyakarta, Rabu (2/6/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu metode prediksi gempa dengan atropatena ini mengunakan metode travel time dari sinyal anomali. Kecepatan gelombang sangat menentukan untuk menentukan kapan terjadinya gempa," ungkap staf pengajar jurusan Teknik Fisika UGM itu.
Dia mengakui Atropena memang masih menjadi perdebatan baru di kalangan ilmuwan untuk bisa dimanfaatkan memprediksi terjadinya gempa. Oleh karena itu para peneliti UGM masih terus melakukan monitoring terhadap stasiun yang dibangun di Yogyakarta.
Menurut dia, Atropatena memang baru sebagai wacana baru di kalanganย ilmuwan untuk memprediksi terjadinya gempa bumi. Para ilmuwan masih belum percaya dengan alat ini karena belum terbukti bisa memastikan waktu terjadinya gempa.
"Tapi dengan adanya alat ini bisa kita maksimal untuk penelitian, karena hanya ada tidak tempat yang dipasang. Rset Atropatena ini memiliki peluang untuk dikembangkan lebih agar bisa bermanfaat bagi masyarakat," pungkas dia.
(bgs/irw)