Jakarta -
Black box. Kata ini sering didengungkan apabila terjadi kecelakaan pesawat terbang. Alat inilah yang dicari pada waktu pesawat mengalami musibah. Kalau Anda membayangkan bahwa alat itu hitam, enyahkan segera pikiran itu. Warna
black box adalah oranye."Tidak ada alasan apa pun, itu menurut standar International Civil Association Organization (ICAO) saja,"' kata Kasubag Pelayanan Investigasi dan Penelitian KNKT, Moch. Haryoko, di gedung Dephub, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, saat ditanya mengapa warnanya oranye.
Black box dalam setiap pesawat ada dua macam. Keduanya terdiri dari tigabagian. Pertama adalah kotak yang menghubungkan
black box dengan instrumen yang akan direkam. Kedua adalah kotak tempat alat untuk merekam berada seperti kaset, CD, atau chip. Sedangkan yang bundar adalah Underwater Locator Beacon (ULB) yang bisa dilacak sinyalnya apabila pesawat jatuh ke dalam air.Cockpit Voice Recorder (CVR) berukuran 30 x 12,5 cm, untuk merekam percakapan pilot, kopilot, pilot dengan ATC, serta para awak pesawat. Sedangkan satunya bernama Flight Data Recorder (FDR) berukuran 49 x 12,5 cm yang merekam data-data teknis pesawat seperti ketinggian, kecepatan, putaran mesin, radar, auto pilot dan lain-lain. Ada 5 sampai 300 parameter data penerbangan yang direkam dalam
black box ini."Namun tidak semua dipakai kalau ada kecelakaan, kita meminta kalau ada data lapangan yang bisa tersedia saja," kata Koko, panggilan Haryoko.Data lapangan yang dimaksud dapat dikumpulkan dari sejumlah tempat antara lain data cuaca pada BMG, rekaman percakapan dengan ATC, riwayat pemeliharaan mesin, dan data jam terbang pesawat.Sistematika kinerjanya, semua data dikumpulkan oleh kotak instrumen, dan direkam dalam kaset, CD atau chip. Durasi perekamannya 30 menit untuk CVR. Maksudnya setiap 30 menit data percakapan akan terhapus dan diganti dengan yang baru secara otomatis. Sedangkan FDR mempunyai durasi rekaman hingga 25-30 jam, yang berarti selama 25-30 jam tersebut data akan terhapus dengan sendirinya."Itu akan hidup secara otomatis apabila mesin pesawat dihidupkan," kata Koko.Data yang telah diperoleh tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik maupun transkrip apabila data tersebut berupa percakapan. Kemudian bisa divisualkan dengan animasi melalui software, yang salah satunya bernama Insight View. Jadi bisa diperkirakan posisi pesawat terakhir sebelum kecelakaan. Visualisasi itu bisa memonitor seperti layaknya ada di dalam cockpit, bisa pula memonitor seperti di luar pesawat.
(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini