Wiranto

Wiranto

- detikNews
Rabu, 24 Des 2008 13:14 WIB
Jakarta - Nama : Wiranto
Tempat Tanggal Lahir : Solo, 4 April 1947
Agama : Islam
Istri : Ny Uga Wiranto
Anak :     1. Amalia Sianti
               2. Ika Mayasari
               3. Zainal Rizky
Pendidikan : AMN Magelang tahun 1968
                    UT, Administrasi Negara tahun 1995
                    PTIH Militer tahun 1996
Karir : 1994 - 1996        Pangdam Jaya
            1996 - 1997        Panglima Kostrad
            1997 - 1998        KSAD
            1998 - 1999        Panglima ABRI
            1998 - 1999        Menhankam
            1999 - 2000        Menko Polkam
            2006 - sekarang   Ketum Partai Hanura
Alamat : Jl Pinang Ranti 2, Pondok Gede, Jakarta Timur

Pemilu 2009 adalah kali kedua Wiranto membidik kursi RI-1. Pada pemilu sebelumnya, tahun 2004, ia juga mencalonkan diri menjadi presiden setelah memenangkan konvensi Partai Golkar. Sayang, niatnya terjegal di putaran pilpres I karena tak cukup mendapat dukungan.

Masuk ke pilpres berikutnya, Wiranto agaknya sadar penyelenggaraan Konvensi ala Partai Golkar boleh jadi tak datang 2 kali. Karenanya, ia pun membidani berdirinya partai baru sebagai kendaraan politiknya nanti di Pilpres 2009. Partai itu bernama Hati Nurani Rakyat (Hanura) yang berdiri 21 Desember 2006.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wiranto sadar, bagaimanapun ia memiliki bekal popularitas. Nah, popularitas itu tak begitu saja datang dari langit. Karir militer Wiranto dibangun dari dasar sebagai lulusan Akmil. namanya baru menarik perhatian publik kala ditunjuk sebagai ajudan Presiden Soeharto di tahun 1987. Biasanya pos ini diisi perwira ber-masa depan cerah.

Benar saja, setelah menapaki jejak Pangdam Jaya, Pangkostrad dan KSAD, Wiranto dilantik menjadi Panglima ABRI pada tahun 1998. Pada masa inilah terjadi turbulensi politik dalam negeri. Dengan kedudukannya sebagai Pangab, Wiranto menjadi salah satu aktor utama era baru Indonesia menyusul runtuhnya kekuasaan Soeharto yang dibangun 32 tahun.

Dalam peran yang sangat krusial tersebut, Wiranto bersaksi dia mendapat surat amanat dari Soeharto untuk melakukan tindakan apapun untuk mengamankan negara. Jika ia mau, ia bisa saja menjadikan surat tersebut bak Supersemar yang memangkasi kekuasaan Soekarno, sebagaimana yang dilakukan Soeharto dahulu. Namun Wiranto mengaku memilih tak melakukannya.

Klimaks turbulensi itu, setelah dilakukan pemilihan umum, pada tahun 1999, Wiranto ditunjuk presiden terpilih KH Abdurrahman Wahid sebagai Menko Polkam. Cuma satu tahun Wiranto duduk pada pos tersebut, berikutnya ia mengundurkan diri setelah muncul isu ketidakcocokan dengan presiden.

Berikutnya, aktivitas Wiranto lebih banyak diarahkan ke bidang kemasyarakatan sampai kemudian namanya muncul kembali di tahun 2004 sebagai pemenang Konvensi Partai Golkar untuk capres. 
(tbs/tbs)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads