Kamhar menambahkan bahwa Djarot khawatir dengan demokrasi semu di Jakarta karena jalannya pilkada tak seperti skenario yang diharapkan oleh partainya.
"Jadi jika kemudian Pak Djarot membuat pernyataan yang seolah-olah demokrasi menjadi semu jika tak sesuai dengan skenario dan harapan mereka, sejatinya itu hanyalah sebuah pernyataan ketidakmampuan membaca dan mengantisipasi dinamika politik yang berjalan atau bahkan berlari," pungkasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djarot soal Calon Independen 'Disiapkan'
Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat khawatir soal demokrasi semu di Pilkada DKI Jakarta. Djarot berharap ada lebih dari satu pasangan calon yang diusung partai dalam Pilkada DKI.
"Saya berharap bahwa politik itu masih dinamis sehingga DKI Jakarta itu tidak melawan kotak kosong atau melawan independen. Kalau melawan independen, bukan mengecilkan arti calon independen tapi kekuatannya tidak setara ya. Karena apa? Karena tidak didukung oleh partai-partai politik yang kuat yang punya akar di rakyat," ucap Djarot di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (16/8).
Djarot mengungkap alasan dirinya khawatir Pilkada Jakarta hanya demokrasi semu. Dia menyinggung soal calon independen yang 'disiapkan'.
"Jadi jangan kemudian kita disajikan nanti Pilkada Jakarta itu pelaksanaan demokrasi yang semu, sama seperti di beberapa wilayah begitu ketika melawan kotak kosong atau ketika melawan calon independen yang dalam tanda kutip sengaja disiapkan ya. Pada pilkada sebelumnya kami melihat ada beberapa daerah yang sengaja menyiapkan calon independen untuk menghindari kotak kosong," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
"Maka, kita semua punya komitmen yang kuat harusnya membangun sistem demokrasi yang sehat, utamanya di Jakarta yang menjadi pusat perpolitikan nasional," imbuhnya.
(lir/dnu)