Adi menilai sekarang tinggal menunggu apakah PKB, PKS, dan NasDem memang benar-benar akan masuk ke dalam KIM Plus. Meski begitu, dia melihat sudah ada tanda-tanda alam ketiga partai ini akan bergabung dengan KIM Plus dan meninggalkan Anies Baswedan.
Kemudian, dia membahas sikap terbaru PKS. Dia menyebut PKS belakangan juga mulai bergerak hendak meninggalkan Anies Baswedan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terakhir PKS, PKS biasanya cinta mati dengan Anies Baswedan, selalu pasang badan mencarikan perahu soal Anies bisa maju, tapi sehari dua hari ini kita dengar PKS seakan-akan memberi ultimatum ke Anies kalau dalam waktu dekat, awal Agustus, Anies tak dapat tambahan partai di luar PKS, sangat mungkin PKS akan bikin skenario lanjutan, skenario lain yang mempertimbangkan gabung dengan KIM dan Ridwan Kamil," ujarnya.
Adi pun menilai KIM Plus memang dibuat untuk meninggalkan PDIP dan menciptakan kotak kosong di Pilkada Jakarta.
"KIM plus bukan hanya berpotensi melahirkan atau menciptakan kotak kosong, tapi KIM plus sangat kelihatan meninggalkan PDIP tanpa diajak," imbuhnya.
Kondisi ditinggalnya PDIP ini juga didukung dengan fakta bahwa sampai sekarang PDIP tidak punya calon kuat untuk Pilgub Jakarta. Hanya nama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang sudah masuk pusaran isu cagub Jakarta. Namun PDIP tidak bisa mengusung Ahok sendirian.
Terlepas dari itu, Adi menyebut PKB, NasDem, dan PKS sampai saat ini belum memberikan respons terang dengan ajakan masuk KIM Plus dan meninggalkan PDIP bersama Anies Baswedan.
"Tinggal kita uji apakah dugaan dugaan publik bahwa PKB, NasDem, PKS yang terkesan melunak ke Anies, terkesan mulai mendua secara teratur tinggalkan Anies, tinggal dibuktikan gitu apakah ketika pendaftaran tanggal 27-29 Agustus partai-partai ini akan tetap bersama Anies atau jsutru sesuai konfirmasi publik mereka akan tinggalkan Anies Baswedan, waktu yang akan jawab segala-galanya," tuturnya.
(ond/aud)