Isu Koalisi Indonesia Maju (KIM) bersatu dengan beberapa parpol lainnya (KIM Plus), dan PDIP disebut akan ditinggal sendiri berhembus. Merespons isu itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku PDIP tak khawatir.
"Enggak ada upaya tinggal-meninggal karena semua memiliki basis dukungan rakyat," kata Hasto kepada wartawan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (8/8/2024).
Beberapa kerja sama politik itu, kata Hasto, telah dilakukan untuk beberapa daerah di tingkat kabupaten/kota. Namun pada tingkat provinsi, lanjutnya, diperlukan pertimbangan lebih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa wilayah provinsi yang masuk kategori strategis, kan ada kepentingan-kepentingan tertentu yang harus dihitung-hitung, yang harus dicermati," jelas Hasto.
"Itu lah yang nanti akan jadi bagian dari solusi, untuk mencalonkan calon yanf bisa diterima oleh parpol, tetapi juga memiliki dukungan akar rumput yang kuat," tambahnya.
Baca juga: PKS Komunikasi dengan KIM, PDIP Ditinggal? |
Hasto menuturkan mengenai Pilkada, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah menugaskan tujuh orang kader senior untuk melakukan penjajakan pada Pilkada mendatang.
"Ibu Megawati Soekarnoputri menugaskan tujuh kader senior untuk melakukan pendekatan-pendekatan dengan partai politik lain," ungkap Hasto.
Sementara terkait pengumuman calon kepala daerah dari PDIP, ucap Hasto, akan diumumkan segera. Hasto memastikan, partainya telah mengantongi sejumlah nama untuk dicalonkan pada Pilkada.
"InsyaAllah nanti akan segera diumumkan. Iya termasuk juga Jakarta," pungkas Hasto.
Sebelumnya, Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyampaikan KIM Plus dibentuk memang untuk mewadahi PKB, NasDem, dan PKS. Koalisi ini, menurut dia, memang terasa hendak meninggalkan PDIP sendirian tanpa koalisi.
"Saya kira yang dimaksud KIM Plus adalah KIM plus PKB, plus NasDem, dan plus PKS. Dan sangat terasa bahwa KIM plus memang meninggalkan PDIP sendirian, PDIP tidak diajak dalam bangunan koalisi KIM Plus itu," kata Adi Prayitno saat dihubungi, hari ini.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Lihat juga Video: Kala PDIP Sumut Ikut Tren 'Bisa Yura': Kami Bisa Lawan Menantu Presiden
Adi menilai sekarang tinggal menunggu apakah PKB, PKS, dan NasDem memang benar-benar akan masuk ke dalam KIM Plus. Meski begitu, dia melihat sudah ada tanda-tanda alam ketiga partai ini akan bergabung dengan KIM Plus dan meninggalkan Anies Baswedan.
Kemudian, dia membahas sikap terbaru PKS. Dia menyebut PKS belakangan juga mulai bergerak hendak meninggalkan Anies Baswedan.
"Terakhir PKS, PKS biasanya cinta mati dengan Anies Baswedan, selalu pasang badan mencarikan perahu soal Anies bisa maju, tapi sehari dua hari ini kita dengar PKS seakan-akan memberi ultimatum ke Anies kalau dalam waktu dekat, awal Agustus, Anies tak dapat tambahan partai di luar PKS, sangat mungkin PKS akan bikin skenario lanjutan, skenario lain yang mempertimbangkan gabung dengan KIM dan Ridwan Kamil," ujarnya.
Adi pun menilai KIM Plus memang dibuat untuk meninggalkan PDIP dan menciptakan kotak kosong di Pilkada Jakarta.
"KIM plus bukan hanya berpotensi melahirkan atau menciptakan kotak kosong, tapi KIM plus sangat kelihatan meninggalkan PDIP tanpa diajak," imbuhnya.
Kondisi ditinggalnya PDIP ini juga didukung dengan fakta bahwa sampai sekarang PDIP tidak punya calon kuat untuk Pilgub Jakarta. Hanya nama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang sudah masuk pusaran isu cagub Jakarta. Namun PDIP tidak bisa mengusung Ahok sendirian.
Terlepas dari itu, Adi menyebut PKB, NasDem, dan PKS sampai saat ini belum memberikan respons terang dengan ajakan masuk KIM Plus dan meninggalkan PDIP bersama Anies Baswedan.
"Tinggal kita uji apakah dugaan dugaan publik bahwa PKB, NasDem, PKS yang terkesan melunak ke Anies, terkesan mulai mendua secara teratur tinggalkan Anies, tinggal dibuktikan gitu apakah ketika pendaftaran tanggal 27-29 Agustus partai-partai ini akan tetap bersama Anies atau jsutru sesuai konfirmasi publik mereka akan tinggalkan Anies Baswedan, waktu yang akan jawab segala-galanya," tuturnya.
(ond/aud)