Heboh Aliran Air Warga Cilegon Diputus Caleg Kalah, Begini Ceritanya

Muhammad Iqbal - detikNews
Kamis, 14 Mar 2024 15:33 WIB
Gambar ilustrasi upaya mendapatkan air bersih. (Robby Bernardi/detikcom)
Cilegon -

Aliran air ke pemukiman warga Cisiru, Kelurahan Suralaya, Kota Cilegon, Provinsi Banten diputus oleh pemiliknya. Pemutusan aliran air itu mengakibatkan puluhan warga kekurangan air.

Aliran air diputus sepekan setelah hari pencoblosan Pemilu 2024. Pemilik sumur bor diketahui adalah Caleg DPRD Cilegon Dapil 4 dari PKS, Sumedi Madasik. Dia gagal menduduki kursi legislatif setelah kalah oleh rival lain partai di Dapil yang sama.

"Diputus aliran airnya sama Bapak Sumedi yang punya sumur bor di sana. (Aliran air diputus) Ya katanya masalah ya mungkin pemilihan ya, Pak. Jadi dianya nggak tahu ya, kurang suara atau gimana. Jadi mungkin kecewa sama warga kampung kami akhirnya diputus," kata seorang warga yang terdampak pemutusan air, Saibah, Kamis (14/3/2024).

Menjawab tudingan itu, Sumedi Madasik mengatakan cerita soal pemutusan aliran air bukan hanya soal dirinya kalah di Pileg. Tapi, ada cerita lain di balik pemutusan aliran air tersebut.

"Kurang lebih empat tahun saya bantu masyarakat tersebut dengan saya alirkan air bersih milik saya pribadi. Sejak 2019 pada bulan Maret, mulai dialirkan jaraknya juga jauh dari titik sumur bor 2 km ke masyarakat, kebetulan posisinya nanjak, sehingga menggunakan pompa satelit 5 PK dengan tegangan 35 Volt," tuturnya.

Sumedi mengatakan, sejak 2019 itu, warga diminta iuran Rp 10 ribu/kubik. Iuran dengan jumlah tersebut dibagi menjadi dua, Rp 5.000 untuk biaya listrik pompa dan Rp 5.000 lagi dimasukkan ke kas warga untuk perawatan pompa air.

"Saya minta untuk membantu bayar listrik nggak apa-apa deh per kubik Rp 5 ribu, tapi silakan kalau dipasang Rp 10 ribu, yang Rp 5 ribu buat income masyarakat sendiri, saya tetep minta Rp 5 ribu per kubik," katanya.

Selama lima tahun, dirinya mensubsidi warga untuk kebutuhan listrik pompa air tersebut. Tiap bulan, kata dia, uang yang terkumpul dari warga berkisar Rp 1,5-2 juta per bulan. Sementara, biaya listrik dari pompa air yang mengaliri warga tersebut mencapai Rp 4-4,5 juta.

"Sementara saya bayar listrik Rp 4-4,5 per bulan, itu pun masyarakat yang terkumpul dari masyarakat itu paling 1,5-2 juta yang saya terima karena yang Rp 5 ribu masuk dana kas masyarakat. Setiap bulan saya mensubsidi saya harus nombokin Rp 2-2,5 juta per bulan, selama sekian tahun," katanya.

Saat dirinya maju di Pileg 2024 dari PKS, Sumedi berharap warga mendukungnya untuk maju dengan memilihnya saat hari pencoblosan. Namun, hasilnya tak sesuai harapan. Sumedi mengatakan pasca-pemilihan, dirinya tak lagi mampu mensubsidi biaya listrik pompa tersebut. Dia kemudian memutuskan untuk menutup aliran air ke warga.

"Ya intinya saya wajar lah kalau memang saya ada rasa kecewa terhadap masyarakat setempat, karena melihat kontribusi saya selama ini. Cuma memang, pada saat malam hari H ada salah satu gerakan serangan fajar yang dilakukan (oleh pihak rival)," katanya.




(dnu/dnu)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork