Menerka Koalisi Setelah Pilpres

Elvan Dany Sutrisno - detikNews
Kamis, 22 Feb 2024 12:18 WIB
Foto: Adi Prayitno (dok. Pribadi).
Jakarta -

Pemilu 2024 memasuki tahap rekapitulasi penghitungan suara, parpol yang semula fokus pada pemenangan capres mulai memikirkan masa depan. Seperti apa bangunan koalisi pasca Pilpres, apakah akan tetap terbelah tiga ataukah akan terjadi koalisi warna warni pendukung pemerintahan?

Peta politik setelah Pilpres tentu sangat tergantung kepada capres-cawapres pemenangnya. Apabila pemenang Pilpres menutup pintu tentu tidak akan ada perubahan peta politik parpol pendukung, dan sebaliknya bisa saja menjadi koalisi gemuk karena bertambah warna-warna baru. Singkat kata bisa saja terbentuk koalisi warna warni pendukung pemerintahan lima tahun ke depan.

"Peta itu sangat tergantung bagaimana Prabowo dan Gibran nanti, karena berdasarkan quick count mereka adalah Presiden dan Wakil Presiden yang nanti akan menang. Apakah koalisinya tetap hanya komposisi beranggotakan partai pengusungnya saja atau ingin merangkul pihak nomor satu dan tiga itu kan kewenangan Prabowo-Gibran, Jadi the one and only tergantung tergantung Prabowo dan Gibran," kata Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, kepada wartawan, Kamis (22/2/2024).

Menurut Adi, kalau Prabowo dan Gibran mengatakan yang berhak di barisan pemerintah hanya parpol pendukungnya maka parpol pendukung capres nomor urut satu dan tiga ya wasalam. "Nggak bisa dinego, nggak bisa marah, karena mereka tidak punya saham," lanjutnya.

"Tapi kalau Prabowo dan Gibran akan merangkul pihak yang kalah akan terjadi kabinet pelangi. Kabinet pelangi adalah kabinet akomodatif di mana Prabowo dan Gibran akan mengajak parpol yang kalah menjadi bagian dari parpol pemerintahan. Kalau itu terjadi Prabowo melakukan hal yang sama yang dilakukan SBY dan Jokowi, merangkul lawannya menjadi bagian dari koalisi pemerintahan," sambung Adi.

Adi lantas menganalisis parpol pendukung capres nomor urut satu dan nomor urut tiga yang kemungkinan bisa merapat ke barisan koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran. Jika dilihat dari komposisi parpol pendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Adi menduga, NasDem dan PKB sangat mungkin berminat gabung.

"Kalau dari kubu capres nomor satu kan kelihatan NasDem dan PKB, kalau PKS kan masih ngambang. Kenapa NasDem, tentu ketemuan Surya Paloh dengan Pak Presiden beberapa waktu lalu kan jadi pertanda bahwa NasDem sudah berpikir realistis bagaimana bergabung dengan Prabowo melalui Presiden Jokowi, itu secara gestur politik tidak bisa dibantah. Pada saat bersamaan kita juga mendengar bagaimana PKB mau membuka pintu komunikasi, itu kan tanda alam bahwa PKB juga tertarik," kata Adi.

"Pada level 03 kemungkinan PPP ya karena melalui Sandiaga Uno saya dengar sudah mengucapkan selamat kepada Prabowo-Gibran beberapa waktu lalu berdasarkan hasil quick count. Ini adalah sinyalemen bahwa PPP sudah membangun jembatan. Walaupun secara psikologis ada Sandiaga yang pernah bersama Pak Prabowo kemudian berpisah," sambungnya.

Sampai saat ini, lanjut Adi Prayitno, hanya ada satu parpol yang menyatakan oposisi, yaitu PDIP. Meskipun perkembangan politik masih mungkin bisa berubah.

"Hanya ada satu parpol yang tegak menyatakan oposisi baru PDIP. Hasto kan menyatakan dia siap jadi parpol oposisi sendiri. Walaupun bukan tidak mungkin kalau ada pengertian yang saling menguntungkan bisa saja PDIP menjadi bagian dari koalisi pendukung pemerintah," pungkasnya.

Lihat juga Video: Momen Anies-Cak Imin Tegaskan 'Kami Terus di Jalan Perubahan'







(van/gbr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork