Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah menanggapi soal adanya penolakan terhadap putra sulung Presiden Jokowi, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming jika maju sebagai cawapres. Fahri menilai menjadi Wali Kota lebih rumit daripada Wakil Presiden.
"Kenapa Gibran nggak boleh? Dia punya jabatan real di Kepala Daerah, dan menurut saya menjadi Wali Kota lebih rumit daripada jadi Wapres," kata Fahri dalam diskusi Adu Perspektif x Total Politik 'Medan Tempur Pasca Putusan MK', Senin (16/10/2023).
Fahri mengatakan Wakil Presiden tidak memiliki tugas kecuali jika difungsikan. Dia menilai Wakil Presiden hanyalah simbolik.
"Karena saya mengerti UU mengatakan sebenarnya dalam sistem kita wakil-wakil ini tidak ada fungsinya kecuali kalau difungsikan, jadi karenanya lah dia simbolik," ucapnya.
Fahri menyebut posisi wapres hanya simbolik sudah ada sejak dahulu.
"Dari dulu itu simbolik, mungkin kita beruntung ada Soekarno Hatta, Bung Karno tahu betul kekuatan Bung Hatta, tapi dia luar Jawa dan dia mewakili politisi Minang yang turun temurun di negara kita ini jadi perdana mentari banyak sekali. Pak Harto dulu itu juga simbolik lah, Pak SBY waktu itu juga ada unsur simboliknya, Pak Jokowi ada unsur simboliknya, pokoknya menurut saya dia nih pasti milih orang tua yang nggak bisa nyalon lagi," ujarnya.
Fahri mengatakan menjadi wali kota tidak bisa simbolik sebab harus turun langsung menemui warga. Serta harus selalu mencari solusi terhadap keluhan warga.
"Tapi menjadi walikota nggak bisa simbolik, walikota harus drill dengan decision making process, dia harus menghadapi komplen warga, rumahnya digedor orang rutin, kalau air nggak masuk, sampah menumpuk, itu dia harus jawab, wapres nggak ada fungsi itu," ujarnya.
Simak juga Video: Fahri soal Wacana Gibran Jadi Cawapres: Tak Ada Dinasti dalam Demokrasi
(eva/idn)