Menelisik Potensi Komedian di Ruang Parlemen

Sudut Pandang

Menelisik Potensi Komedian di Ruang Parlemen

Edward F. Kusuma - detikNews
Senin, 26 Jun 2023 15:57 WIB
Jakarta -

Puluhan wajah dari dunia entertainment Indonesia dikabarkan akan melenggang pada pemilihan legislatif mendatang, Namun, tidak seperti periode sebelumnya, kali ini komposisi selebritis berlatar belakang komedian meningkat jumlahnya. Satu diantaranya adalah Mongol Stress. Stand up comedian yang bernama asli Rony Immanuel itu menyatakan diri maju ke parlemen periode 2024-2029.

"Kalau saya menjadi anggota legislatif, saya punya target utama adalah memajukan daerah saya dulu," ujar Mongol kepada tim Sudut Pandang detikcom, Senin (26/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengaku rela melepas gemerlap dunia entertainment dan masuk ke dunia politik demi memajukan Pulau Sangihe Sulawesi Utara, tempat kelahirannya. Sebagai putra daerah di wilayah terdepan bangsa ini, Mongol mengaku prihatin dengan kondisi Sangihe yang secara infrastruktur masih jauh terbelakang dibandingkan wilayah-wilayah lain di Sulawesi Utara.

"Daerah Mongol adalah daerah Sanger. Sanger yang sampai hari ini daerah saya masih belum mencapai tingkatan yang lebih diatas. Kita Kita masih ada beberapa daerah yang nggak ada sinyal HP. Jalan daerah Sangir belum pernah lebar bang, segitu-segitu dari Zaman Adam dan Hawa di Taman Eden. Nah gue pengen kalau gue jadi (terpilih), apa yang daerah ingin, gue sampaikan di forum. Gue akan sampaikan," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Mongol menampik bahwa profesinya saat ini menjadi ganjalan dalam langkahnya menuju Senayan. Sebaliknya, ketenaran serta pengalamannya untuk berbicara di depan banyak orang membuatnya yakin bahwa seorang stand up comedian bisa menjadi seorang politisi.

"Ukraina aja presiden stand up comedian, ya kan tidak menutup semua orang punya hak yang sama, punya peluang sama, kan bukan tinggal soal lo kerja apa dari background mana. Tapi lo mau enggak dan mampu enggak, karena setiap amanah itu perlu keberanian dan sikap hati mau dan kemampuan diri," kata Mongol.

Ia pun mengatakan bahwa menjadi seorang komedian berarti memiliki ilmu yang akan terpakai jika dirinya terpilih menjadi seorang anggota legislatif. Terlebih jika materi-materi komedi yang dibawakannya menyangkut kritik, dimana kritik tersebut dibuat berdasarkan riset serta disampaikan dengan cara yang tidak biasa dan membuat orang tertawa kala mendengarnya.

"Pendapat setiap orang enggak bisa dibantah, jadikan pendapat, silakan berpendapat. Yang harus kita lakukan adalah membuktikan, Kita enggak bisa melarang oh pelawak bisa jadi apa sih? Ya kita buktikan aja pelawak akan jadi apa dengan kita menjadi bukti," terangnya.

Seakan menguatkan perspektif Mongol, Eko Patrio yang telah melewati tiga periode sebagai anggota legislatif mengatakan bahwa posisinya saat ini memungkinkan untuk bersuara lebih lantang dibandingkan saat dirinya bekerja sebagai seorang komedian.

"Kalau di dalam sini kan kita bisa bukan hanya kritik saran, tapi disitu ada ide, ada gagasan dan sebagainya yang tentunya akan... Ya tadi, mungkin pada saat di entertainment, gue ini cuma ya udah, show, mentas, dapet duit, udah jalan-jalan sama keluarga udah itu, itu aja tuh batasannya nggak ada lagi, tapi pada saat disini tuh kita ketemu sama masyarakat banyak," kata Eko.

Eko pun berhasil membuktikan bahwa latar belakangnya dahulu tidak mempengaruhi caranya dalam bekerja di Senayan. Meski pandangan serta ujaran negatif pun masih ia dengar di awal kiprahnya menjadi anggota legislatif, Eko tidak melihatnya sebagai sebuah ancaman yang berarti.

"Walaupun orang nyinyir kayak apapun juga. Tapi gua merasa, ya wajar, Eko udah di dalam. Justru Justru karena di dalam, akhirnya gua merasa gua banyak manfaat, Jadi buat gua, ya udah. Ya mungkin setiap manusia punya jalannya sendiri-sendiri, gitu. Gua sih, ya udah, gua mau di dalam. Gua yang penting bisa bermanfaat," tuturnya.

Pada akhirnya, Eko tetap melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah namun dengan cara berbeda. Dengan posisinya saat ini, ia tidak perlu melakukan kritik satire dengan cara yang sebelumnya dilakukan saat menjadi seorang komedian.

"Gua ga perlu juga teriak-teriak segala macem. Yaudah teriak-teriak ada jatahnya, semua ada jatahnya. Gak mungkin Eko Patrio teriak-teriak segala macem, orang wah ini, ini, ini. Yaudah sesuai jalurnya, gue di Badan Anggaran, misalnya gua di Komisi VI, ya udah. Menyikapi, menyiasati, terus ya, mengkritisi kebijakan-kebijakan Kementerian BUMN, apa segala macem," tutur Eko.

(edo/vys)



Hide Ads