PD: Keterlibatan AS Menangkan SBY-JK Halusinasi Tingkat Dewa

PD: Keterlibatan AS Menangkan SBY-JK Halusinasi Tingkat Dewa

Matius Alfons - detikNews
Rabu, 28 Sep 2022 17:00 WIB
SBY Megawati saat upacara pemakaman Taufiq Kiemas di TMP Kalibata, Juni 2013
Foto: Megawati (kiri) dan SBY (kanan) (Dok. Setpres)
Jakarta -

Partai Demokrat merespons pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto soal awal mula munculnya keretakan hubungan antara Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akibat keterlibatan Amerika Serikat. Demokrat menuding PDIP sengaja mengkambinghitamkan Amerika Serikat atas kekalahan Megawati Soekarnoputri-Hasyim dari SBY-Jusuf Kalla (JK).

Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Analisa Data dan Informasi Balitbang DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution, Rabu (28/9/2022). Penjelasan Partai Demokrat berkaitan dengan hubungan Megawati, SBY, dan Amerika Serikat di Pilpres 2004

Berikut ini penjelasannya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memasuki putaran ke-2 Pilpres 2004 yang menyisakan pasangan SBY-JK dan Mega-Hasyim, suatu ketika SBY bermain golf di seputaran Sentul, Bogor, bersama tokoh senior GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Suko Sudarso dan Sesmenko Polkam Sudi Silalahi (alm).

Saat itu, Pak Suko bertanya kepada SBY. Mengapa ada kesan Angkatan Darat (AD) tidak memihak ke pasangan SBY-JK? Pak SBY menjawab, Ryamizard itu kan kawan saya. Saya panggil Ryamizard itu abang, dia panggil saya mas. Panggilan orang Jawa dan Sumatera. Kalau dia (Ryamizard) takut ketemu saya, dia bisa telpon atau utus orang untuk ketemu saya.

ADVERTISEMENT

Mana mungkin Joko (saat itu Letjen Joko Santoso alm. masih menjabat Wakasad) yang jadi Panglima TNI. Syarat untuk jadi Panglima TNI kan harus kepala staf. Suko Sudarso menimpali, kalau begitu boleh saya ambil alih ya? Ryamizard nanti yang jadi Panglima TNI? SBY menyetujui.

Singkat cerita, usai golf, Suko Sudarso menghubungi saya. "Tolong diatur kita ketemu KSAD." Saat itu juga saya berkomunikasi dengan Ketua FKPPI, Indra Bambang Oetoyo dan Ketua Umum FKPPI Pontjo Soetowo.

Selang satu hari, sekitar pukul 20.00 wib kami diterima di rumah dinas KSAD Jl. Gatot Soebroto, Jaksel. Hadir dalam pertemuan: KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu, Suko Sudarso, Pontjo Soetowo, Indra Bambang Oetoyo dan Ketua Media Center SBY-JK Syahrial Nasution.

Pak Suko mengisahkan kembali percakapan di lapangan golf dua hari sebelumnya hingga akhirnya terjadilah pertemuan malam itu. Ryamizard lantas menerangkan, bahwa secara hierarki KSAD adalah anak buah Presiden RI. Sehingga, tidak mungkin menolak perintah presiden ketika diminta mendampingi berkeliling daerah. Di sisi lain, Ibu Megawati juga menjabat Ketua Umum PDI Perjuangan.

Termasuk Ibu Nora, istri Ryamizard, juga tidak mungkin menolak ajakan Ibu Mega mendampingi berkeliling daerah. Termasuk mendatangi rumah-rumah dan barak-barak tentara. Baik dalam kapasitas Ibu Mega sebagai presiden, maupun ketua umum partai.

Pada saat itu, media seringkali memberitakan kebersamaan Ryamizard dan istrinya bersama-sama dengan Presiden Megawati. Termasuk, Ibu Mega mengirimkan nama KSAD Jenderal Ryamizard ke DPR RI untuk diproses menjadi Panglima TNI, padahal sudah memasuki putaran ke-2 Pilpres.

Namun, pada pertemuan di rumah dinas KSAD tersebut, Ryamizard berkomitmen bahwa dia tidak akan ikut berpolitik. Karena politik tentara adalah Pancasila dan UUD 1945. Hingga beliau berjanji TNI AD akan netral pada putaran ke-2 Pilpres 2004.

Tak sampai satu minggu setelah pertemuan malam itu, KSAD Ryamizard membuktikan ucapannya. Dia menggelar apel besar dan mengeluarkan instruksi agar TNI AD bersikap netral di Pilpres 2004.

Melalui seorang kerabat keluarga Teuku Umar, dua hari menjelang pencoblosan putaran kedua Pilpres 2004, Bang Taufik Kiemas (alm) mengatakan, AD sudah "dikendalikan" Amerika.

Jadi, menurut saya, karangan cerita yang menyebut pemerintah AS terlibat memenangkan SBY-JK adalah halusinasi tingkat dewa. Satu republik ini tahu betul, bagaimana integritas dan jiwa nasionalis seorang Jenderal Ryamizard Ryacudu.

Apakah kekalahan Mega-Hasyim kala itu dengan mengkambinghitamkan keterlibatan Amerika karena gagal mengendalikan TNI AD? Halusinasi tersebut sama saja dengan penghinaan terhadap institusi TNI yang bertugas menjaga kedaulatan negara. Tudingan-tudingan seperti itu sangat berbahaya.

Simak video 'Demokrat Balas soal SBY Golden Boy of America: Tak Berdasar Fakta':

[Gambas:Video 20detik]



(maa/tor)



Hide Ads