Partai NasDem mengungkap kendala tak bisa kawin paksa terkait wacana koalisi dengan PKS dan Partai Demokrat (PD). PKS bisa memahami sikap NasDem karena butuh proses pengenalan lebih lama.
"Coba bayangkan. PKS ini kan sikap politiknya oposisi sejak periode awal Jokowi hingga periode kedua. Demokrat juga kemarin menyatakan dengan tegas sebagai oposisi pemerintah," kata juru bicara (jubir) PKS M Kholid kepada wartawan, Selasa (20/9/2022).
"Nasdem satu-satunya partai di poros perubahan yg saat ini bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi Jadi wajar, kami bertiga butuh waktu menyamakan platform," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
M Kholid menjabarkan tingkatan agar tercapai kesepakatan koalisi PKS, NasDem, dan Demokrat. Setiap partai menyampaikan keinginan mereka.
"Level pertama, kesamaan di level pimpinan dan platform perjuangan partai. Level kedua, terkait dengan pasangan capres-cawapres. Jadi masing-masing partai menyampaikan konsep dan aspiraisnya," ujarnya.
Masing-masing partai memiliki tim untuk saling berkomunikasi agar mendapatkan kesepakatan koalisi. Menurut Kholid, ada jalan kesepakatan koalisi jika ada keinginan untuk bersama.
"Tim kecil yang ditugaskan melakukan komunikasi akan membangun titik temu yg paling optimal bagi poros perubahan dan capres-cawapres yg akan diusung nanti. Jadi sabar saja, tidak mudah tapi Insyallah akan terbuka jalan. There is a will there is a way," imbuhnya.
NasDem Tak Mau Kawin Paksa
Seperti dalam catatan detikcom, Selasa (20/9), sejumlah kendala belum terbentuk dan deklarasinya NasDem, Demokrat, dan PKS diungkap oleh Ketua DPP NasDem Willy Aditya. Ketiga partai belum pernah dalam satu perahu koalisi sehingga tak bisa kawin paksa.
"Satu, kami belum pernah bekerja sama sebelumnya, tentu ini nggak bisa kawin paksa kan," kata Willy di gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (19/9).
Simak juga video 'Elite NasDem: Anies Sangat Memadai Jadi Capres di 2024':
Membangun kecocokan dengan PKS dan Demokrat, menurut Willy, harus berangkat dari ranah antarpartai. Kemudian, menuju ke ranah kandidat capres-cawapres di 2024.
"Tentu proses pembangunan chemistry di 2 ranah, ranah antarpartai, ranah antara kandidat dengan partai, itu tidak sederhana itu. 2 layer ini harus berjalan secara simultan, itu yang beratnya itu," ujar dia.
"Ada orang yang kadang-kadang misal kita contoh, tetangga, langsung partainya saja. Itu kan 1 layer, sementara ini bekerja dalam 2 ranah lah, 2 dunia, 2 alam, capres-cawapresnya dan partainya," lanjutnya.
(rfs/imk)