Mengintip Penyebab Jebloknya Suara JK-Wiranto

Pilpres 2009

Mengintip Penyebab Jebloknya Suara JK-Wiranto

- detikNews
Kamis, 09 Jul 2009 06:28 WIB
Jakarta - Pilpres 2009 usai digelar. Sejumlah lembaga survei ramai-ramai merilis hasil quick count. SBY-Boediono unggul lebih dari 50 persen suara. Pilpres satu putaran pun bukan wacana lagi.

Kemenangan SBY-Boediono ini sudah diprediksi berbagai pihak. Namun yang menarik justru perolehan suara Jusuf Kalla-Wiranto. Dari hasil quick count, JK-Wiranto hanya mendapat suara berkisar antara 12-13 persen.

Jumlah ini tergolong kecil jika melihat perolehan suara Partai Golkar di Pileg yang mencapai 14,45 persen, ditambah suara Partai Hanura yang mendapat 3,77 persen suara.

Apalagi elektabilitas JK-Wiranto menjelang pilpres disebut-sebut terus naik. Bahkan tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah pun dikabarkan memberikan dukungannya untuk JK. Selain itu iklan-iklan JK yang komunikatif juga cukup membuat wapres ini lebih dikenal publik.

Namun ternyata suara JK-Wiranto masih dibawah perolehan Mega-Prabowo yang mendulang 26 hingga 28 persen suara. JK-Wiranto kalah telak.

Ada apa? Mengapa JK-Wiranto bisa kalah telak?

Untuk Wiranto dan Partai Hanura tidak ada masalah yang berarti. Mereka masih tetap solid menggerakan motor partai. Hanya saja memang suara Hanura dan Wiranto masih belum bisa menyaingi Demokrat dan SBY. Masalah justru ada pada Partai Golkar.

Ada informasi yang mengatakan bahwa JK memang digembosi dari dalam tubuh Partai Golkar sendiri. Sumber itu mengatakan 400 DPD Partai Golkar sudah digoyang untuk tidak memenangkan JK. Tujuan akhirnya mendongkel JK sebagai Ketua Umum Golkar lewat Munaslub. Motor Partai Golkar pun tidak bergerak untuk memenangkan JK.

Selain itu dukungan dari para tokoh ormas Islam juga ternyata tidak diikuti para pengikutnya. Padahal dulu JK pernah berkata mengomentari para petinggi partai dan ormas Islam yang mendukung SBY-Boediono.

"Ada orang yang bertanya kepada saya, 'Bagaimana Pak, di seberang sana banyak partai Islam?'. Boleh parkir di tempat lain, tapi penumpangnya kan boleh di tempat lain. Yang memilih kan bukan busnya, tapi penumpangnya," ujar JK usai menerima beberapa ormas kepemudaan Islam di Posko Golkar, Jl Mangun Sarkoro, Jakarta Pusat, Minggu (17/5/2009).

Pilpres 2009 mungkin merupakan akhir karir politik bagi JK dan Wiranto. Keduanya sudah pernah berlaga dua kali. Untuk maju dalam pilpres 2014, keduanya sudah terlalu tua. JK akan berusia 72 tahun dan Wiranto 67 tahun pada 2014 nanti.

Mungkin inilah akhir petualangan politik saudagar Bugis dan sang perwira kepercayaan Soeharto.
(rdf/rdf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads