Istighosah tersebut digelar di Ponpes Al-Nadlah, Pondokpetir, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Sabtu (27/6/2009). Tampak hadir sekjen Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lukman Edy didampingi anggota dewan syura DPP PKB KH Manarul Hidayah yang juga anggota FKB DPR RI, Sekjen Gerakan Pemuda Anshor Malik Harmain, pimpinan Ponpes Al-Nadhal Hilmi Muhammadiyah, dan Direktur Eksekutif Islamic Boarding School Asrurun Niam.
Dalam pidatonya, Sekjen DPP PKB yang juga Menteri Pembangunan Daerah Tertiggal Lukman Edi mengungkapkan, peran ponpes dalam pembangunan Indonesia tidak bisa dipandang remeh. Karena seorang pemimpin yang benar harus dibekali dengan agama kuat juga.
"Pembangunan bangsa Indonesia selama ini tidak lepas dari peran ponpes. Terbukti lulusan pesantren banyak yang terjun kedunia politik ataupun menjadi pengusaha," jelas Lukman yang juga
tim sukses capres-cawapres SBY-Boediono ini.
Lukman menambahkan, di era SBY eksistensi pondok pesantren sangatlah diperhatikan. Salah satu contohnya, jumlah guru honor menjadi PNS yang berasal dari madrasah diniyah, Tsawaiyah hingga Aliyah meningkat.
Lukman juga menyinggung soal isu yang menyatakan cawapres Boediono beragama katolik. Lukman menegaskan, dirinya sangat tidak percaya isu tersebut sedikitpun. Menurutnya, isu itu hanya merupakan kampanya hitam yang dilakukan oleh seseorang untuk menjatuhkan nama cawapres Boediono.
"Waktu itu saya pernah menjadi imam salat, Pak Boediono waktu itu masih menjabat sebagai menteri perekonomian. Salah satu makmum dalam salat tersebut adalah Pak Boedono. Jadi tudingan bahwa Pak Boediono bergama katolik itu sama sekali tidak benar dan mengada-ada," tegasnya.
"Pemilu tinggal sebelas hari lagi jangan suka menjatuhkan lawan politik dengan hal-hal yang dapat merusak hubungan baik. Masih banyak hal yang bisa kita kerjakan untuk bangsa ini," imbuh Lukman.
(djo/anw)