Wiranto merupakan lulusan AMN tahun 1968. Pria kelahiran Yogyakarta, 4 April 1947 ini kemudian mengikuti berbagai pendidikan yakni Susscarcab Infantri, Suslapa Infantri, dan Sekolah Staf dan Komando TNI AD serta Lemhanas.
Karir Wiranto mulai menanjak ketika menjadi ajudan Presiden Soeharto. Saat itu Wiranto berpangkat kolonel. Selama 4 tahun ia mendampingi Soeharto mulai 1989 hingga 1993. Saat itu menjadi ajudan presiden, merupakan tiket untuk mendapat promosi ke jenjang yang lebih tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa yang selalu diingat adalah saat Soeharto turun, Wiranto langsung berpidato. Intinya ABRI akan menjamin keselamatan mantan Presiden Soeharto. Wiranto pun dicap sebagai pengawal orde baru.
Sama dengan Prabowo, Wiranto pun selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa Mei 1998. Saat itu Wiranto dinilai tidak mampu menjaga stabilitas kemanan negara. Saat kerusuhan membakar Jakarta, Wiranto malah berada di Malang untuk serah terima pasukan pemukul reaksi cepat Kostrad.
Namun hal itu tidak berpengaruh pada karirnya. Habibie tetap mempercayainya untuk memegang jabatan Panglima ABRI. Wiranto naik untuk kedua kalinya menjadi Panglima ABRI. Saat itu Habibie mengabaikan usulan untuk mengangkat Soebagyo HS sebagai Panglima ABRI dan Prabowo Subianto sebagai KSAD. Habibie menilai Wiranto sebagai sosok yang jujur dan bermoral.
Di era Gus Dur, Wiranto menjabat sebagai Menkopolkam. Namun kemudian mengundurkan diri. Wiranto pun ikut bertarung dalam pilpres 2004, berpasangan dengan Salahuddin Wahid. Namun dikalahkan pasangan SBY-JK.
Dalam pilpres 2009, Wiranto kembali mencoba peruntungannya. Lewat Partai Hanura, Kini Wiranto digandeng Jusuf Kalla. Sang Jendral pun mencoba kembali ke Istana.
(Dari berbagai sumber)
(rdf/ape)