Hal ini disampaikan Ketua DPD I Golkar Sulawesi Barat (Sulbar) Anwar Adnan Saleh dalam jumpa pers bersama JK di kediaman JK Jalan Mangung Sarkoro, Jakarta Pusat, Selasa (28/4/2009). Anwar bersama Ketua DPD I Kaltim Mahyudin dan Ketua DPD I Sulawesi Tenggara (Sultra) Laode Ridwan Bae sebelumnya dipanggil JK.
Pemanggilan terhadap ketiga orang tersebut terkait surat 25 DPD I Golkar kepada JK. Ketiganya ikut menandatangani surat tersebut. Bahkan, salah seorang di antara mereka disebut-sebut sebagai pemrakarsa pembuatan surat yang sempat mengesankan bahwa Golkar terpecah belah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut petikan wawancara dengan Anwar Adnan Saleh:
Soal 6 nama cawapres dalam surat itu, apa perlu?
Itu cuma pikiran. Semua kita serahkan kepada ketua umum untuk mengambil keputusan. Kita tidak dalam posisi memaksakan. Nama-nama itu sudah dijaring sejak beberapa bulan lalu. Ketua umum sudah menjaring koalisi besar dengan parpol yang ada di luar Demokrat.
Tapi, kalau jalan buntu bagaimana?
Kan semua sudah mengajukan jadi capres. PDIP sudah mencalonkan Megawati jadi capres, Gerindra ingin Prabowo jadi capres. Jadi, Golkar dengan siapa? Barangkali ketua umum ada pikiran lain, untuk mengubah pikiran mencalonkan jadi wapres saja.
(Pengajuan cawapres) dengan semua partai?
Untuk semua partai, tidak menutup kemungkinan dengan Demokrat, tapi dalam posisi hanya sebagai wapres. Sedangkan Pak Jusuf Kalla jadi king maker saja. Sebab, Pak JK sudah kita calonkan jadi presiden di Rapimnassus. Belum ada sejarahnya Golkar jadi oposisi. Kita harus belajar lagi jadi oposisi. Berapa kader Golkar yang gubernur, yang walikota, bagaimana mereka nanti. Kemudian juga ada kekhawatiran kita nanti seperti 2004 lalu. Ada yang jadi capres, ada yang jadi cawapres.
Kalau JK maju jadi capres, DPD-DPD I tetap mendukung?
Tetap kita dukung, kalau itu keputusan partai. Partai Golkar adalah partai yang tetap solid. Boleh berbeda. tapi kalau ada keputusan, semua kader akan patuh.
(asy/nrl)











































