Coba saja lihat berbagai tayangan iklan di media massa, wajah-wajah pribumi yang tak tahu apa-apa tiba-tiba sering nongol, menjadi bintang iklan parpol, bersaing ketat dengan para artis yang juga banyak jadi bintang iklan parpol.
Berbagai versi pun ditampilkan. Sebut saja iklan terbaru Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) yang mulai tayang sejak Rabu 18 Maret kemarin dan hingga Kamis (19/3/2009) masih ditampilkan. Dalam iklan berdurasi sangat panjang tersebut, terpampang jelas wajah-wajah ndeso dengan segala hiruk pikuk kesehariannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untukmu para pejuang", demikian tulisan penutup iklan itu. Rakyat kecilkah yang dimaksud dengan pejuang itu? Entahlah.
Sebelumnya, parpol lain juga tak sedikit mengusung tema kemiskinan yang banyak melilit warga. Seakan menjadi pahlawan kesiangan, parpol tak malu-malu terjun di hutan, sungai, sawah, demi sebuah pencitraan.
Iklan Partai Gerindra paling banyak menampilkan sosok wong cilik. Dengan semangat ingin menjadikan burung garuda kembali terbang tinggi, para petani, nelayan, pedagang kecil seakan tersihir untuk ikut bergabung dengan partai besutan mantan Danjen Kopassus, Prabowo Subianto.
Tapi karena dikemas menarik dan menampilkan heroisme suasana pedesaan, iklan ini terbukti dianggap paling mengena. Terbukti, berdasarkan hasil survei dosen komunikasi di 16 kampus ternama, Prabowo terpilih menjadi urutan ketiga capres yang komunikasi politiknya paling baik.
Tak kalah dengan Gerindra, partainya wong cilik, PDIP, juga termasuk partai yang konsisten mengusung tema-tema wong cilik, yang tentunya dalam versi partai oposisi. Dalam berbagai iklan PDIP, rakyat kecil juga jadi tema bahasan. Ditampilkan, mereka tidak puas dengan berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap justru menyengsarakan rakyat.
"Tambah susah," ucap beberapa warga yang mengaku tambah susah di bawah pemerintahan SBY. Seolah-olah iklan tersebut ingin menegaskan, lebih enak menjadi rakyat di era pemerintahan Megawati.
Iklan terbaru PDIP yang tampil jenaka juga menyindir SBY. Memakai bintang iklan pelawak kemayu, Nunung Srimulat, dengan lagak kenes Nunung mencibir penurunan harga BBM tiga kali oleh SBY.
"Sekarang harga BBM Rp 4.500, dulu zaman Ibu Mega Rp 2.500," kata Nunung diulang sampai tiga kali.
Partai plat merah, Demokrat juga tak mau kalah 'mengeksploitasi' rakyat miskin. Menampilkan beberapa sosok rakyat kecil, Demokrat ingin mengatakan, bahwa rakyat selama ini puas dengan kinerja SBY. "Terimakasih Pak SBY," ucap seorang ibu tua dari pelosok desa yang ditampilkan dalam iklan partai yang dibidani oleh SBY ini.
Walhasil, rakyat kecil terus menjadi obyek eksploitasi parpol, yang tentunya, hanya untuk kepentingan pragmatis: mendulang suara. (anw/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini