"Pokoknya kalau menjadi presiden, Pak Prabowo harus bertangan besi, karena mereka itu goblok semua," kata Kwik dalam diskusi bertajuk "Kepentingan di Balik Privatisasi BUMN" di Media Center Gerindra, Jl Prapanca, Jakarta Selatan, Rabu (18/2/2009).
Mereka yang disebut goblok oleh Kwik adalah para anggota kabinet di era presiden Megawati Soekarnoputri. Hal itu terkait dengan penjualan Bank Central Asia (BCA) pasca disita oleh pemerintah, akibat tidak mampu mengembalikan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, pada waktu itu pemerintah menerima akal busuk International Monetary Fund (IMF) untuk menjual BCA dengan harga cuma Rp 10 triliun.
Sehari sebelum BCA dijual, menurut Kwik, Jusuf Kalla (JK) selaku Menko Kesra mengundang para menteri untuk berkumpul di Departemen Kesehatan (Depkes) sekitar pukul 15.00 WIB. Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, Menneg BUMN Laksamana Sukardi, dam Menkeu Boediono.
Perdebatan panjang terjadi dan Kwik mengaku merupakan satu-satunya menteri yang menentang penjualan BCA. Semua menteri sepakat bank tersebut dilepas.
"Di situ saya lawan semuanya, termasuk Pak JK. Itu bagaimana menghitungnya Rp 60 triliun kok cuma dijual Rp 10 triliun," jelas Kwik yang mengenakan kemeja lengan panjang berwarna kuning.
Entah mengapa, menurut Kwik, pada pukul 18.00 WIB, para menteri yang ikut dalam dalam pertemuan itu menginginkan agar pertemuan ditutup. Kwik pun akhirnya tidak bisa mengendalikan emosinya.
"Saya tidak bisa mengendalikan emosi. Saya teriak-teriak. DPR saja ada urusan penting rapat sampai pagi. Ini pukul 18.00 WIB di-teng. Omongan saya oleh mereka dianggap omongan orang gila," jelas Kwik. (irw/ken)