"Sekarang memang ada rakyat yang frustrasi. Minimal adalah para koruptor, pelaku pembalakan liar, pencurian ikan, dan sejenisnya. Kalau rakyat mestinya suka dengan BLT, BOS, PNPM Mandiri, penurunan harga BBM, dan lain-lain. Tingkat frustrasi politik oposisi (PDIP) yang agaknya meningkat atas kebijakan-kebijkan populis pemerintah," kata Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum kepada detikcom, Kamis (29/1/2009).
Anas mengakui, memang indeks frustrasi pernah menembus angka psikologis 50 persen pasca kenaikan harga BBM pada Mei 2008. Tetapi, kata dia, sekarang angka kepuasan publik naik di atas 60 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anas pun mempertanyakan indeks frustrasi masyarakat saat Megawati menjadi presiden. Menurutnya, pemerintahan SBY-JK sekarang jauh lebih baik ketimbang saat anak Bung Karno tersebut memerintah.
"Kalau yang sekarang lebih baik dikatakan tingkat frustrasi tinggi, bagaimana tingkat frustasi ketika zaman Ibu Mega?" tanyanya.
Anas menambahkan, kekalahan Mega dalam Pilpres 2004 telah menjadi bukti bahwa tingkat frustasi masyarakat cukup tinggi saat pemerintahannya.
"Ukurannya lebih mudah kalau memakai hasil pileg dan pilpres 2004. Ketika PDIP angka turun pada pileg dan Ibu Mega kalah pada pilpres, sebetulnya itu bisa jadi ukuran apakah rakyat puas ataukah frustasi," jelasnya.
Sebelumnya, dalam Rakernas IV PDIP di Solo, Jawa Tengah, anggota dewan pakar Megawati Institute, Hendrawan Supratikno, menyatakan indeks frustrasi tersebut terdiri dari dua komponen yaitu indeks kesengsaraan dan indeks kelangkaan.
Indeks kesengsaraan terdiri dari dua faktor berupa angka inflasi dan angka pengangguran. Dalam perhitungan Megawati Institute, indeks kesengsaraan pada tahun 2004 (pemerintahan Mega) mencapai angka 15, sedangkan pada tahun 2008 naik pada angka 19. (lrn/irw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini