Masa Mengambang dan Artis

Masa Mengambang dan Artis

- detikNews
Selasa, 12 Agu 2008 16:24 WIB
Jakarta - Dalam pertarungan politik segmen pemilih dapat dikelompokkan menjadi 1) The Sinner / para pendosa, kelompok ini tidak akan memilih. 2) The Saint, para pendukung setia, dan 3) The Savable, dapat diselamatkan atau biasa dikenal dengan massa mengambang (floating mass) yang tidak terikat dengan parpol tertentu.

Bagi suatu parpol sulit untuk mengutak-atik kelompok pertama. Musuh politik dapat dimasukkan ke dalam kelompok ini. Kelompok kedua, sudah aman dan dipastikan selalu memberi dukungan. Yang menjadi tantangan (challenge) bagi parpol adalah kelompok ketiga, yaitu massa mengambang.

Massa mengambang dapat diartikan sebagai kelompok massa yang tidak terikat parpol/calon tertentu atau yang belum menentukan pilihan dalam ajang pemilihan pimpinan daerah/nasional. Dalam beberapa studi kelompok ini bahkan menduduki porsi terbesar dalam suatu pemilihan. Jadi, salah satu pintu kemenangan politik bagi parpol/calon pemimpin adalah sebaik apa parpol/calon tersebut mampu menggarap massa mengambang ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artis ke Panggung Politik
Pada pemilu-pemilu sebelumnya artis hanya sebatas penggembira dalam acara kampanye. Mereka menyajikan hiburan di atas panggung dengan lawakan dan nyanyian yang menyihir massa.

Hanya sedikit artis yang concern dengan politik. Namun, kini berbeda. Sejarah baru terukir dalam perpolitikan Indonesia yaituย  banyaknya artis yang terjun ke panggung politik untuk menjadi pimpinan daerah atau mencalonkan diri menjadi anggota legislatif.

Sukses telah diraih oleh Rano Karno yang menjadi Wakil Walikota Tangerang dan Dede Yusuf yang menjabat Wakil Gubernur Jawa Barat. Marissa Haque, Nurul Arifin, dan Adjie Massaid yang sudah duduk di Senayan membuat rekan-rekan artis lainnya ingin mengikuti jejak mereka.

Walaupun banyak kalangan yang pesimis terhadap kehadiran artis di panggung politik namun sampai kini artis masih berbondong-bondong antre masuk parpol. Dengan modal popularitas dan uang mereka melenggang untuk mencalonkan diri menjadi pemimpin bangsa.

Massa Mengambang dan Artis
Kemenangan SBY pada Pemilu 2004 memberi pelajaran berharga bagi demokrasi di Indonesia bahwa figuritas sangat penting daripada mesin politik (parpol). Preseden ini diikuti oleh hasil beberapa pilkada di berbagai daerah yang menunjukkan faktor figuritas sangat kuat untuk meraih kemenangan politik.

Sebagai bukti ditunjukkan dengan banyaknya kekalahan calon/kader dari partai besar dalam pilkada. Partai besar dengan dana yang kencang dan jaringan yang luas ternyata loyo saat berhadapan dengan figur yang kuat. Alhasil, mesin politik menjadi mandul.

Banyak cara yang dilakukan parpol untuk mendapatkan porsi dari massa mengambang. Kehadiran artis yang figurnya dikenal masyarakat sangat efektif untuk meraup suara dari massa mengambang. Hanya dengan dengan senyuman simpatik, salaman yang hangat, atau memberi tanda tangan tidak sulit bagi artis untuk dielu-elukan oleh masyarakat. Acara kampanye yang dihadiri kerumunan massa pun menjadi semakin meriah.

Massa mengambang di Indonesia sulit didekati dengan rayuan ideologi, program-program partai, dan perdebatan politik yang menjenuhkan. Rakyat sudah capek dengan kesusahan hidup. Mereka butuh sesuatu yang melenturkan otot-otot kesengsaraan mereka. Kehadiran artis bagi mereka bagai oase di padang pasir kesulitan ekonomi walaupun sesaat.

Parpol memanfaatkan popularitas artis untuk menarik massa. Langkah pragmatis ini tepat untuk pemilih di Indonesia yang sebagian besar adalah pemilih tidak rasional. Rakyat sudah akrab dengan kecantikan dan kegantengan sang artis yang wajahnya kerap menghiasi media cetak dan elektronik.

Di sisi lain kehadiran artis sebenarnya menunjukkan kegagalan parpol untuk mengangkat kadernya menjadi tokoh yang populer. Parpol seharusnya memiliki strategi yang jitu untuk membuat banyak kadernya dikenal luas oleh masyarakat. Memang untuk hal ini dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

Artis yang memasuki panggung politik juga dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas dirinya. Mereka harus belajar politik secara teoritis dan praktis juga memahami harapan-harapan masyarakat. Parpol pun selayaknya memberi bekal kepada sang artis. Sebab, politik tidak hanya saat kampanye namun setelah terpilih apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Artis yang memasuki panggung politik tidak perlu ditanggapi dengan sinis. Kita beri kesempatan pada mereka untuk membuktikan diri. Jika mereka tidak layak atau bahkan terlibat kasus korupsi rakyat pun akan segera meninggalkan mereka.

Beta Perkasa
Kavling Rambutan No 46 RT 2 RW 3
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur 13830
b_perkasaugm@yahoo.com
081905872525

(msh/msh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads