Stabilitas Laju Pertumbuhan Penduduk

Stabilitas Laju Pertumbuhan Penduduk

- detikNews
Rabu, 16 Jul 2008 09:42 WIB
Jakarta - Upaya pemerintah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi melalui penggerakan lokomotif penggerak ekonomi telah digulirkan sejak jauh-jauh hari. Krisis ekonomi dan stabilitas ekonomi global yang membawa dampak langsung terhadap percepatan pencapaian sasaran-sasaran pembangunan yang tidak dideskripsikan secara jelas ternyata suka atau tidak suka telah membawa kondisi ke dalam pusaran dan 'loose generation' terhadap sebagian generasi yang tumbuh.

Hal tersebut ditandai dengan tidak meratanya kemampuan masyarakat dalam menyerap pendidikan yang cukup terbatas sehingga cukup disayangkan menyebabkan adanya lapisan masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan. Bahkan putus sekolah sehingga keberadaan mereka dalam pertumbuhan ekonomi kurang diperhitungkan karena cenderung akan menjadi beban yang akan menggerogoti nilai pertumbuhan tersebut. Malah menjadi pemantik pecahnya turbulensi kriminalitas. Khususnya dalam masyarakat perkotaan.

Setiap hari angka dan metodologi kriminalitas seakan berpacu dengan laju pertumbuhan ekonomi yang diusung oleh Pemerintah. Belum lagi ancaman krisis pangan global serta krisis perubahan yang menjadi faktor penggerus laju pertumbuhan ekonomi tersebut. Belum lagi jika harus dikombinasikan dengan permasalahan yang muncul dan berkembang di lingkungan masyarakat metropolis akhir-akhir ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suka atau tidak suka bukanlah perkara yang gampang bagi pemerintah untuk memecahkan masalah ini dalam waktu yang sangat singkat mengingat cukup terstruktur dan terintegrasinya masalah yang muncul tersebut. Jangankan untuk
mengidentifikasikan cara penyelesaiannya untuk menentukan dari mana masalah ini harus diselesaikan pun pastilah susah.

Tulisan ini mungkin tidak membawa arti bagi Pemerintah dan segala pihak yang sedang terbelenggu dalam kemelut yang sangat terstruktur ini. Pertumbuhan penduduk yang sangat tidak terkontrol mungkin merupakan satu dari sekian cara untuk memulai upaya penyelesaian masalah yang ada. Dicermati secara seksama jangan-jangan saking masalah ini tidak diperhatikannya jangan- jangan saat ini data pertumbuhan itu pun tidak terekam dengan baik. Seolah-olah tingkat pertumbuhan penduduk berada dalam kondisi yang terkendali, namun 'semu' semata.

Jika dikaji secara hati-hati bukan tidak mungkin akar dari permasalahan ada pada faktor ini. Sulit bagi pemerintah dalam menetapkan sasaran-sasaran kerja dan target pertumbuhan ekonomi tanpa bisa mengendalikan jumlah laju pertumbuhan penduduk yang sudah sangat parah ini. Tanpa disadari pertumbuhan yang telah kebablasan ini telah mengurangi jumlah hutan yang tersedia karena banyaknya masyarakat yang membuka hutan karena terbatasnya keuangan mereka untuk membeli sarana perumahan yang baik.

Bukan itu saja. Disadari ataupun tidak hal tersebut juga membawa dampak pada semakin berkurangnya lahan ataupun tanah yang tersedia untuk lahan-lahan pertanian karena sudah dijadikan ajang pembangunan real estate dan lahan properti lain. Tanah menjadi komoditas yang sangat mengerikan karena utilitasnya pun tidak ditujukan untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik.

Hal lain yang harus dicermati ternyata laju pertumbuhan ini juga telah menyebabkan semakin sempitnya ruang yang digunakan untuk sarana dan wadah transportasi. Jalan-jalan yang tersedia tidak lagi mampu menampung jumlah mobilitas penduduk yang sangat padat ini. Bahkan secara tidak langsung pun hal ini menimbulkan inefisiensi terselubung terhadap penggunaan energi dan menyebabkan pemborosan terhadap BBM yang ada.

Belum lagi jumlah Sekolah yang terbatas menyebabkan pertumbuhan penduduk tersebut tidak terserap oleh lembaga pendidikan yang sudah ada. Bahkan cenderung menjadikan kartel dan sindikat tersendiri bagi dunia pendidikan. Penyerapan masyarakat dalam sarana dan lembaga pendidikan yang sudah ada tidak lagi ditujukan untuk memajukan sumber daya manusia. Malah cenderung
kearah melejitkan profit yang didapat dari selisih margin keuntungan dari banyaknya manusia yang membutuhkan pendidikan dengan tersedianya sarana pendidikan yang terbatas.

Adanya sisa jumlah penduduk yang tidak terserap dalam lembaga pendidikan
formal tersebut membuat mereka harus rela bekerja dalam sektor-sektor yang tidak jelas. Keterbatasan jumlah sektor yang dapat menampung mereka disadari atau tidak telah menimbulkan sektor baru yang fantastik. Yakni sektor kriminalitas.

Belum meratanya pembangunan menyebabkan lokomotif penggerak ekonomi hanya terpusat di satu lokasi. Disadari ataupun tidak ilmu Studi pembangunan pun saat ini sudah hampir punah dari daftar jumlah jurusan di perguruan tinggi di negeri ini. Maka semakin lengkaplah penderitaan penghuni bumi Indonesia ini.

Upaya yang mungkin bisa dijadikan awal dari pemecahan masalah ini adalah harus dimulainya program pengereman jumlah penduduk dan jumlah anak dalam keluarga. Pemerintah mungkin bisa secara frontal melakukan upaya-upaya untuk mensosialisasikan program ini kepada masyarakat.

Mungkin alangkah baiknya jika dana-dana seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) dimanfaatkan sebagai insentif khusus yang diberikan bagi masyarakat yang memiliki anak dalam ukuran dan batas-batas tertentu sehingga masyarakat semakin terpacu dengan program tersebut.

Suka atau pun tidak saat ini uang telah menjadi alat motivator yang paling utama. Upaya lain adalah dengan secara kontinunya dilakukan perhitungan terhadap hasil program ini dari waktu ke waktu. Tidak seperti saat ini. Program pengereman jumlah penduduk digulirkan namun tidak diikuti terhadap riset-riset terhadap hasil dan kemajuan yang dicapai secara kuantitas.

Bila diperlukan menteri-menteri terkait dibebani target tersendiri terhadap laju pertumbuhan ini lewat program-program ini. Hal lain yang harus diperhatikan adalah dengan digulirkannya wacana Otonomi daerah. Para pejabat di lingkungan pemerintahan daerah pun seakan menjadi semakin cuek dengan program ini. Malah seakan berpacu dalam program-program penggerogotan jumlah hutan, penggerogotan terhadap energi dengan terburu-burunya mereka mengeluarkan izin ekplorasi dan eksploitasi sumber daya alam yang tersedia.

Mungkin agak baik juga jika mereka ditantang untuk membalikkan kondisi ini menjadi persaingan untuk mengerem jumlah pentumbuhan penduduk di daerah yang mereka pimpin. Setelah program ini menunjukkan hasil yang bagus barulah pemerintah menggulirkan kebijakan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

Karena tanpa program ini percuma saja digulirkan kebijakan yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ibarat membuang garam yang asin ke dalam laut yang airnya sudah asin. Kenapa demikian? Karena uang dan dana-dana yang dihasilkan oleh lajunya pertumbuhan ekonomi itu tidak cukup untuk membiayai jumlah penduduk yang sangat tidak terkendali ini.

Harus diingat bahwa Bumi Indonesia kita ini tidak akan bertambah jumlah luasnya. Sementara jumlah penduduk akan terus bertambah.

Frans A Silaban
Jl Kijang No 22 Pekanbaru Riau
Frans.Silaban@yahoo.com
+62818909779


(msh/msh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads