Maraknya Kartun Import, di Mana Kita?

Maraknya Kartun Import, di Mana Kita?

- detikNews
Jumat, 08 Feb 2008 09:07 WIB
Jakarta - Setiap hari televisi menyajikan tayangan yang aneka ragam. Dari sinetron, berita, film, reality show, sampai dengan kartun. Di era persaingan yang ketat untuk mendapatkan kue iklan para pemilik televisi berlomba-lomba menciptakan atau membeli program-program telavisi yang dianggap mempu menarik minat para pemirsanya.

Dari sekian banyak tayangan banyak pihak mengkritisi pemilik telavisi agar lebih selektif memilih tayangannya. Banyak kritikan miring tentang sinetron Indonesia yang banyak menampilkan kemewahan, perseteruan, perceraian, balas dendam, dan segala macamnya yang bersifat keduniawian tanpa memikirkan dampak psikologisnya bagi para pemirsanya.

Selain sinetron tayangan yang berbau-bau mistis tak ayal juga menuai kritikan. Tayangan ini dinilai kurang realistis dengan menampilkan penampakan hantu, iblis, karma, dan kurang memberikan pendidikan moral kepada pemirsanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain tayangan-tayangan sinetron dan mistik teringat jelas diingatan kita tayangan Smackdown yang digandrungi anak-anak. Memang, tayangan ini menampilkan keperkasaan danย  keberanian. Namun, tayangan ini akhirnya dihentikan karena disinyalir manjadi pemicu tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anak.

Tidak semua tayangan menjadikan hal yang buruk bagi pemirsanya. Banyak tayangan yang bersifat informatif bagi pemirsanya seperti tayangan berita, (investigasi, olah raga, otomotif, dll.), talkshow dan tayangan yang membuat pemirsanya menjadi rileks seperti tayangan relity show, acara musik, konser, sampai dengan acara lawak.

Yang kini menjadi perhatian penulis adalah maraknya film kartun untuk anak yang kebayakan berasal dari luar negeri. Sebut saja Naruto, Avatar, Spongesbob, Kapten Tsubasa. Hampir semua anak-anak usia sekolan mengenal siapa tokoh-tokoh dalam serial kartun tersebut.

Memang, tidak ada salahnya untuk mengidolakan para tokoh kartun tersebut. Namun, sebagai sebuah bangsa yang memiliki keanekaragaman adat dan budaya, memiliki banyak sekali tokoh-tokoh lokal maupun pahlawan, mengapa kita tidak mencoba mengangkat kebhinekatunggalikaan ini ke dalam bentuk kartun agar lebih dikenal oleh masyarakat. Terutama para anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa.

Dulu, sewaktu saya masih kecil, tayangan Si Unyil menjadi tayangan favorit anak-anak. Dalam tayangan itu digambarkan ada Unyil yang baik ditemani oleh Usrok, Ucrit, dan Melani. Juga dugambarkan adanya Pak Ogah yang suka malas-malasan. Ada juga Pak Raden yang memiliki perangai keras. Waktu itu, tayangan ini menjadi salah satu andalan TVRI. Selain Si Unyil, dulu juga pernah muncul film kartun Huma dan Kuncung Bawuk di TVRI Stasiun Yogyakarta.

Atur Toto Sulistyanto
Wisma Kodel Lt2 Jakarta
atur@qchannel.tv
08159916656

(msh/msh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads