Jakarta - Penggunaan terapi alternatif berupa preparat herbal, terapi komplementer, dan terapi fisik nonmedis merupakan hal yang umum dijumpai. Beberapa pihak mengklaim bahwa penggunaan obat tradisional seringkali berhasil ketika dunia kedokteran telah angkat tangan. Beberapa yang lain mengklaim bahwa penggunaan obat tradisional adalah bebas dari efek samping yang merugikan pasien.Penggunaan obat-obat herbal merupakan bagian dari tradisi pengobatan yang turun-temurun di berbagai kultur. Pengobatan tradisional cina dan jamu merupakan hal yang umum dijumpai. Pengamatan menunjukkan bahwa ada peningkatan tren penggunaan obat-obat herbal dan terapi alternatif dewasa ini.Media massa berperan cukup besar dalam kegiatan promosi obat-obat herbal dan terapi alternatif lainnya. Di beberapa media dapat dijumpai satu halaman penuh iklan berisi promosi, kesaksian, atau klaim kemanjuran suatu tatacara pengobatan alternatif.Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penggunaan obat herbal meningkat dari 3% pada tahun 1990 menjadi 12% pada tahun 1997, dan 19% pada tahun 2002. Preparat yang mengandung Echinacea, gingseng, dan gingko biloba menempati urutan pertama dari preaparat herbal yang paling banyak dikonsumsi.Pertanyaan kritis yang sering muncul adalah bukti ilmiah dari penggunaan obat-obat tersebut. Beberapa kajian terdahulu menunjukkan bahwa terapi alternatif seringkali tidak didukung oleh data penelitian klinik yang baku.Data yang disajikan seringkali tidak memenuhi kaidah-kaidah ilmiah dan metodologi. Di era pelayanan kesehatan berbasis bukti (
evidence based healthcare), maka ada keharusan bukti ilmiah dari suatu tatacara pengobatan yang diklaim bermanfaat.Pengalaman satu pasien yang sembuh tidak dapat diklaim untuk berlaku bagi semua orang. Kajian Linde, dkk (2001) memperlihatkan bahwa pengobatan tradisional dan komplementer seringkali menunjukkan bias dalam hal publikasi. Hal lain yang perlu dikritisi adalah jumlah subyek yang pada umumnya terlalu kecil untuk mengambil suatu kesimpulan yang akurat.Klaim bahwa pengobatan alternatif lebih aman juga diragukan. Setiap herbal memiliki zat aktif yang berpengaruh pada kesehatan. Zat aktif ini juga memiliki efek terapetik dan efek samping. Beberapa preparat obat yang mengandung gingko biloba dan gingseng juga memiliki efek samping mual, muntah, dan diare. Beberapa terapi jamu juga terbukti dicampur dengan obat kimia.Kajian yang dilakukan oleh Nartey, dkk (2007) menunjukkan bahwa obat herbal paling banyak digunakan untuk kasus gangguan kognitif pada usia tua dan penyakit-penyakit pembuluh darah. Daun ginkgo biloba menempati urutan pertama dalam daftar terapi herbal yang didukung oleh bukti ilmiah.Ada 21 penelitian yang menilai peran daun gingko biloba untuk kesehatan. Daun gingko biloba dipercaya dapat memperbaiki gejala gangguan peredaran darah tepi, pusing berputar, gangguan peredaran darah otak, dan mudah lupa.Jahe merupakan obat herbal lain yang mencuri banyak perhatian. Jahe terbukti memiliki efektivitas untuk mengurangi gejala mual dan muntah pada kehamilan. Kandungan jahe yang alami menjadikannya salah satu pilihan untuk menghindari risiko pada janin.Pada banyak publikasi ilmiah yang lain, preparat herbal seringkali tidak terbukti bermanfaat. Kalimat yang seringkali muncul dalam berbagai kajian ilmiah adalah "belum ada cukup bukti", "jumlah sampel yang terlalu sedikit", dan "aspek metodologi yang lemah". Hal ini dapat dilihat pada berbagai penelitian-penelitian terapi tradisional yang sering kali hanya dipublikasi dalam majalah ilmiah lokal.Bagaimana dengan kondisi di Indonesia. Beberapa waktu belakangan ini muncul banyak tulisan ilmiah tentang efektivitas preparat herbal. Sebagian besar artikel penelitian dilakukan dengan hewan coba di laboratorium, dan bukan pada subyek penelitian pasien yang sesungguhnya. Hal ini dapat dipahami karena tidak adanya dukungan dana yang memadai bagi para peneliti.Banyak bukti menunjukkan bahwa terapi yang terbukti bermanfaat pada hewan coba dan laboratorium ternyata tidak terbukti bermnafaat pada pasien. Masih ada jalan panjang yang harus ditempuh untuk mengklaim preparat herbal asli Indonesia di mata kedokteran barat.Ada harapan yang besar bahwa preparat herbal dari Indonesia yang diteliti oleh orang Indonesia dapat banyak dibaca dalam publikasi majalah medis internasional, dan kemudian dipatenkan.Bagaimana dengan kondisi riil di masyarakat. Adanya kesenjangan informasi yang besar masyarakat seringkali tidak paham bahwa suatu terapi yang diklaim bermanfaat. Harusnya didukung oleh bukti ilmiah yang akurat.Kesaksian seorang pasien yang sembuh dan ditulis dengan huruf yang besar-besar di media massa belum tentu berlaku bagi semua pasien. Masyarakat seringkali tidak keberatan untuk membayar harga yang lebih mahal untuk pengobatan alternatif.Hal ini seharusnya ditanggapi dengan kritis oleh dunia medis. Proses pembelajaran di media massa seharusnya dilakukan secara terus menerus. Publikasi ilmiah terus diperbanyak dan dikemas dalam bahasa ilmiah populer yang mudah dimengerti.
Rizaldy Pinzon, dr, MKes, SpSDokter (Neurolog), tinggal di Yogyakartamedidoc2002@yahoo.com
(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini