Globalisasi Budaya Lokal

Globalisasi Budaya Lokal

- detikNews
Kamis, 07 Jun 2007 14:16 WIB
Jakarta - Sekarang, hampir semua anak muda punya alamat e-mail, dan ini merupakan gengsi tersendiri yang melekat dalam kegiatan dan pembicaraan mereka sehari-hari. "Jangan lupa, ya, kirim e-mail," demikian kalimat yang sering dilontarkan sesama mereka di kampus atau di mana saja. Cobalah bertanya kepada anak-anak muda. Apakah kegiatan yang paling disenangi sekarang ini. "Nge-warnet" atau "chatting". Inilah jawaban yang sekaligus menunjukkan fakta betapa menjamurnya warung-warung internet sekarang di berbagai pelosok hanya dengan Rp3000,00 per jam. Di satu sisi, ketrampilan generasi muda dalam menggunakan peralatan elektronik semakin meningkat sehingga semakin luas pula akses informasinya, meski di balik itu ada juga yang menggunakannya semata-mata untuk kesenangan.Inilah ciri anak muda atau anak globalisasi yang dinamis dan energik. Apa pun alasan di balik kesenangan anak-anak muda sekarang ini berinternet ria itu dengan berbagai kepentingannya. Inilah salah satu bagian proses globalisasi dengan kemajuan teknologi informasinya.Menurut pakar pendidikan Dr Mochtar Buchori, globalisasi bukanlah proses searah tetapi dua arah. Sekaligus melokalnya nilai-nilai atau hal-hal yang datang dari luar. Ambil contoh, "rap music" yang dulu hanya disukai anak-anak muda kulit hitam di AS. Kini musik itu menjadi kesukaan anak-anak muda di Jakarta dan kota-kota besar. Makan di restoran McDonald dan KFC kini lebih enak dan lebih bergengsi dibanding di restoran Padang atau ayam Suharti. Sekarang ini juga ada kecenderungan baru di kalangan masyarakat. Menonton di bioskop sambil makan popcorn dan minum coca cola. Padahal ini adalah gaya orang Amerika. Ini bukti proses lokalisasi dari kebiasaan-kebiasaan di AS yang menjelma menjadi kebiasaan masyarakat di Jakarta dan daerah lain.Kini persoalannya apakah kita mau terseret atau memanfaatkan kemajuan teknologi di era informasi ini. Bagaimana pun juga, momentum perkembangan teknologi informatika dan audio visual yang ada dewasa ini perlu dimanfaatkan justru untuk mengemas informasi kebudayaan daerah.Sekarang ini, menurut sejumlah pakar komunikasi, terjadi kesenjangan di tengah arus perkembangan teknologi dan sistem informasi dan komunikasi yang secara mencolok dikuasai negara-negara maju sehingga negara berkembang menjadi kewalahan.Limpahan informasi serta nilai-nilai asing untuk tayangan televisi saja telah merasuk dan mewarnai kehidupan sehari-hari keluarga di negeri ini. Seorang ibu rumahtangga mengaku kegiatannya sehari-hari tiada hari tanpa telenovela. Seorang mahasiswa mengatakan tak ada hari tanpa chatting. Sementara anak-anak kecil mengatakan tiada hari tanpa playstation.Padahal akibat teknologi informatika dan audio visual sudah dirasakan oleh negara maju seperti AS yakni hilangnya kehangatan hubungan keluarga, pertemanan, sehingga memaksa AS menerapkan program seminggu tanpa televisi. Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini yang sangat cepat maka mau tidak mau upaya untuk mempertahankan budaya sebagai warisan tidak bisa lagi hanya bergantung pada proses alam. Tetapi harus dilakukan secara sadar.Ini terbukti dari berbagai tradisi yang ada yang selama ini dianggap kaku dan tidak boleh diubah. Kenyataannya bisa juga bertahan sambil memberi peluang bagi pengembangan suatu kreativitas. Misal saja, pakem-pakem wayang yang kini dibawakan dalam Bahasa Inggris oleh para dalang bule atau tata cara pernikahan adat dengan modifikasi modern. Pucuk-pucuk budaya lokal lainnya itu juga memberi peluang kreativitas untuk dikemas dengan dunia maya sehingga para pencandu internet pun secara tidak langsung juga mendapat sentuhan budaya lokal. Sentuhan budaya dalam negeri sendiri sehingga terjadi interaksi antarsuku karena di dalam budaya itu sarat dengan nilai, dinamika, serta sejarah perkembangan yang dapat membanggakan generasi muda.Selain itu memberi peluang luas kepada kelompok-kelompok seni untuk menyajikan karya-karyanya bagi masyarakat sehingga mampu mengimbangi materi budaya asing lewat teknologi komunikasi yang ada. Nusa PancaJl Hos Cokroaminoto 17 Yogyakartapancanusa@yahoo.com (msh/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads