Disitu, saya berkenalan dengan pengusaha muda bernama Panca Tazakka, di booth PT Tehnikaina yang menggandeng dua perusahaan raksasa Rusia, yaitu Kamaz sang Raja Truk Eropa Timur dan Gaspromneft sang Ratu Oli Rusia.
Disini dijelaskan juga oleh Panca bahwa tahapan kegiatannya mulai dari mendatangkan, assembling sampai "lokalisasi" sudah disiapkan dan bahkan akan melibatkan PT. PINDAD, Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Negara harus memberikan atmosfer bagi tumbuhnya semakin banyak lagi swasta yang bisa berkontribusi pada pertahanan.
Beberapa keunggulan swasta d industri pertahanan. Pertama, peran Swasta Nasional memang saatnya terdepan dalam pertahanan. Memperlihatkan nasionalisme dalam konteks memperkuat negara.
Kedua, bila swasta bisa berperan maka, negara bisa fokus biaya hanya pada Proyek Pertahanan (tidak perlu repot beri modal perusahaan negara). Ketiga, produk sipil yang aplikasinya bisa untuk militer seperti truk pertanian dan pertambangan tapi bisa dikembangkan untuk truk pertahanan.
Besar harapan saya agar swasta tidak lagi sekedar jadi pedagang alutsista, namun bisa menjadi industri pertahanan nasional dengan fitur khas adanya riset berkelanjutan. "Teknologi Russia, produksi Indonesia! Why not? Mantap!"
Kemudian dari situ saya juga terkesan dengan sambutan langsung dari Nikolai Dimidyuk - Head Delegation of Russia at Exhibition and Director of Special Projects of Rossoboronexport. Beliau memberikan juga penghargaan berupa plakat dari Rossoboronexport.
Kita dalam satu frekuensi dalam niatan untuk meningkatkan hubungan bilateral dalam level yang lebih tinggi lagi, terutama diawali dengan kerjasama pertahanan.
Dalam benak pemikiran saya kebetulan juga, Rusia bukan negara baru bagi saya. Russian Studies adalah pilihan studi saya sewaktu di Monash University.
Sejarah panjangnya dan keunggulan ilmu pengetahuan dasarnya menjadi fundamental perkembangan peradaban Rusia termasuk teknologinya yang mempunyai karakter Spartans. Sebagai wakil Rakyat, kami sangat mengapresiasi policy Rusia tentang perdagangan alat utama sistem persenjataan.
Pertama, Rusia tidak pernah mencampuri urusan politik domestik dalam negeri Indonesia, terutama pada pelanggaran HAM. Meskipun kita harus tetap menghormati dan menjaga HAM. Kedua, opsi lokalisasi (contoh Teknikaina-kamaz- Pindad), ini memungkinkan kita bisa bekerjasama saling menguntungkan ke masa depan.
Karena itu, harapan saya, hubungan Indonesia-Rusia dapat mempererat kerjasama di bidang pertahanan ini. Bukan hanya sekadar jual beli atau memproduksi alat pertahanan, namun lebih luas lagi seperti latihan perang dan , pendidikan militer bersama.
Selain itu, memperkuat hubungan kedua negara di bidang politik dan ekonomi. Saya ingin melihat Rusia menanamkan Foreign Direct Investment di Indonesia dan kalau perlu bisa berbisnis di bidang ruang angkasa (bisnis peluncuran satelit). Mereka mempunyai teknologinya dan kita punya pulau peluncuran yang ideal seperti pulau Waigeo.
Tidak perlu merusak lingkungan seperti dalam industri pertambangan atau penebangan hutan, namun kita bisa menghasilkan devisa negara sembari memajukan teknologi bangsa.
Terakhir ditutup dengan kunjungan saya ke sebuah booth baterai nasional. Pemiliknya seorang wanita bernama Ibu Umi Kalsum.
Saya agak kaget juga ternyata ada industri nasional bisa memproduksi berbagai macam model baterai mulai dari baterai molis (motor listrik) sampai baterai Kapal Selam!!! Perusahaan ini bernama Garda Persada, dan menarik teknologi dari beberapa industri Jepang.
Kalau tadi Tekno Rusia produksi Indonesia, sekarang tekno Jepang produksi Indonesia. Saya memberikan apresiasi juga pada kiprah perusahaan swasta nasional ini.
Ini semua bukan masalah bisa atau tidak, namun apakah kita mau atau tidak.
Majulah bangsaku, majulah negeriku!
Prananda Surya Paloh
Anggota DPR RI
(wwn/wwn)











































