Hari kebangkitan nasional adalah Masa dimana dorongan untuk bangkit,rasa semangat persatuan dan kesatuan serta nasionalisme untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia dalam belenggu jajahan Kolonial Belanda.
Pada masa itu terdapat dua peristiwa penting yakni berdirinya Boedi Oetomo dan cikal bakal lahirnya Sumpah Pemuda. Disinilah letak makna dari sebuah Hari kebangkitan Nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
20 Mei atau kebangkitan nasional seperti yang telah dijelaskan diatas menandakan lahirnya semangat nasionalisne dan semangat pemuda yang berjuang untuk merdeka. Peringatan ini bukan sebagai peringatan sejarah belaka karena mengandung makna tersirat didalamnya.
Pada zaman penjajahan tidak sedikit para pemuda yang ingin bersatu untuk mewujudkan keinginan dan tekad yang bulat dalam memerdekan negara kesatuan Republik Indonesia dari belenggu penjajah, pada mulanya berdiri Boedi Utomo yang menjadi titik tumpu dalam sejarah kebangkitan nasional disusul emansipasi wanita yang dicetuskan oleh R.A Kartini, serta lahirnya pendidikan di Indonesia oleh Ki Hajar Dewantara yang menjadi pencetus sejarah pendidikan di Indonesia sehingga menjadi tonggak dalam sejarah kebangsaan Indonesia.
Hari Kebangkitan Nasional sebagai momentum untuk merefleksikan perjuangan yang nantinya diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan negara. Selama ini kita hanya mengetahui sejarahnya tanpa perubahan apa-apa sehingga apa yang terjadi di masa lalu hanya sebagai angin lalu belaka, sehingga kebangkitan nasional selama ini masih dianggap sebagai periode sejarah bagi bangsa ini.
Ada beberapa hal kenapa bangsa ini belum berkembang dan belum bangkit seperti yang dicita-citakan para pahlawan dizaman dahulu;
Pertama, masyarakat di negeri ini masih banyak dibawah garis kemiskinan dari sisi ekonomi,bahkan masyarakat kita cenderung untuk menjadi konsumen atau membutuhkan bantuan daripada menjadi produsen padahal kita melihat potensi sumberdaya alam Indonesia yang cukup besar di bandingkan negara lain.
Kita bisa bandingkan dengan negara tetangga, Singapura yang merupakan negara dengan sumber daya alam yang minim namun menjadi suatu negara yang besar dan maju. Hal ini cukup memprihatinkan. Manakala negeri lain saling membahu untuk menjadikan sebuah negara masih maju, kita masih berada di barisan cukup akhir.
Kedua, Pemerataan untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi seluruh masyarakat yang tidak diimbangi dengan fasilitas yang memadai dan menghasilkann stigma bahwa sekolah hanyalah tempat untuk mencari ijazah, walhasil kita bisa melihat lulusan sekolah dengan kualitas yang masih jauh.
Kita boleh berbangga dengan karya anak bangsa yang berhasil di tingkat internasional seperti olimpiade olahraga,olimpiade sains dan sebagainya, namun apakah selamanya kita berbangga dimana masih banyak anak negeri ini yang masih banyak putus sekolah? di beberapa desa penulis pernah melihat anak-anak sekolah dasar yang menyebrang ke hulu hanya untuk mendappatkan ilmu.
Kita bandingkan dengan sekolah di kota besar,dimana siswa-siswi masih banyak mengabaikan ilmu dan lebih memilih untuk berkumpul di jam sekolah atau bahasa kerennya cabut.
Berbicara tentang masalah pendidikan di negeri ini tidak ada habisnya dan selalu mempunyai problematika selama pimpinan yang diatas belum tanggap dan mengubah sistem pendidikan di negeri ini seperti negara lain.
Pertanyaannya apakah kita sudah bangkit dengan kondisi pendidikan seperti ini mengingat pendidikan merupakan refleksi dari kebangkitan bangsa?
Ketiga, Para pejabat yang memiliki kewenangan masih banyak menyalahgunakan jabatannya. Jabatan hanyalah tempat pelampiasan untuk menyelewengkan amanah. Masalah ini juga tidak kunjungh habisnya. Dimana masih terdapat budaya suap, korupsi, nepotisme dan sebagainya.
Ketika rakyat menginginkan suatu perubahan yang berarti,disitulah pemerintah mengalihkan perhatiannya. Mungkin kita masih ingat kasus suap disuatu instansi pemerintah yang memang sangat berperan penting, dan baru-baru ini juga sensasi dari panggung dewan rakyat yang menginginkan agar pembuatan gedung baru lengkap dengan berbagai fasilitas yang menelan trilyunan rupiah.
Dan akhirnya mosi ketidakpercayaan kepada pemerintahpun muncul karena tidak menjadi suatu perubahan yang signifikan.
Keempat, Umumnya masyarakat masih banyak yang tidak memiliki jiwa seorang kompeten, produsen, memiliki tingkat disiplin yang tinggi, tata krama, aturan dan sebagainya. Dan lebih mengutamakan sesuatu yang dianggap instant.
Apabila sudah begini, masyarakat Indonesia menjadi masyarakat instant tanpa prosedural. Hal ini kita bisa melihat berbagai instansi pemerintah yang bekerja tanpa mau mengikuti prosedur.
Ketika telah ditetapkan regulasi ini, kita cenderung untuk membuat ataupun melanggar regulasi yang telah ditetapkan dengan alasan tidak efisien. Memang,secara instan itu baik,namun apabila sudah diambang batas boleh jadi budaya kolusi danmelakukan segala cara yang dilakukan.
Kelima, Negara Indonesia terkenal dengan negara yang berbudaya karena memiliki karakter yang terbawa sejak masih dini. Namun belakangan, kebudayaan ini makin terperosok akibat kebudayaan asing.
Globalisasi memang mutlak ada di penjuru dunia.Kita melihat,arus globalisasi kita terima mentah-mentah namun apa yang terjadi? Kita lupakan budaya kita sehingga ketika budaya kita diambil orang, disanalah kita berteriak bak pahlawan kesiangan.
Namun, bersyukur budaya kita mendapat legalitas dari UNESCO sebagai warisan bangsa Indonesia seperti batik dan keris. Akan tetapi,masih banyak budaya di Indonesia yang memang harus dilestarikan agar tidak diambil negara lain dan kita merasa bangga akan kebudayaan tersebut.
Keenam, Selama ini bangsa kita sering melupakan siapa orang yang membuat kita bisa merasakan kemerdekaan sepenuhnya. Tidak lain tidak bukan Pahlawan. Bangsa kita melupakan jasa-jasa mereka.
Lihatlah ketika para veteran yang berjuang pada zamannya demi satu tujuan namun apa yang terjadi dimasa tuanya? sungguh miris bukan? Banyak dari mereka dimasa tuanya tidak terjamin dan tidak mengenalnya.
Oleh sebab itu, dalam semangat hari kebangkitan Nasional ini penulis berharap pemerintah peduli terhadap mereka, bukan membuat nasib mereka terpuruk. Siapa lagi yang bisa menghargai para pahlawan ini kalau bukan kita sebagai bangsa yang beradab dan menjunjung tinggi nilai nasionalisme.
Beberapa point diatas hanyalah sebagian dari problematika di negeri ini yang tidak kunjung maju dan belum juga bangkit. Namun, bersyukur negara kita sudah mendapat apresiasi dari masyarakat internasional dimana kita dipercaya sebagai tuan rumah SEA GAMES, kemudian prestasi-prestasi dari anak bangsa juga membuat kita bangga akan negeri ini.
Walaupun begitu,masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Sebagai contoh pemberantasan korupsi, terorisme dan sebagainya merupakan kerja keras yang harus diselesaikan oleh bersama.
Kemudian, pemerintah harus bersikap adil dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih. Masih banyak saudara-saudara kita terutama di perbatasan ini yang merasa tidak mendapat keadilan. Mereka akhirnya menjadi tidak percaya dan lebih memilih untuk menggunakan produk tetangga kita sendiri.
Hal inilah yang terjadi di masyarakat perbatasan contohnya di daerah Kalimantan.Ini juga merupakan kerja keras pemerintah agar masyarakat tidak kecewa. Melalui moment ini Kita bisa saling bahu membahu untuk bekerjasama dalam kebaikan, satu masalah dinegeri ini tidak bisa diselesaikan secara individual, tetapi bisa diselesaikan dengan bersama-sama.
Sudah saatnya kita bangun dari mimpi panjang. Negeri ini butuh orang-orang yang berkualitas didalamnya. Semangat pemuda jangan pernah surut dalam berkarya dan pemerintah harus juga melihat rakyat ke bawah.
Dengan 103 atau satu abad lebih ini kita bisa menjadi bangsa yang berdedikasi bukan menjadi bangsa yang penuh imitasi. Menjadi bangsa yang berkarya bukan menjadi pemimpi. Dan semoga Indonesia terus menjadi sebuah menjadi negara yang maju kedepannya.
Selamat memperingati hari kebangkitan Nasional 20 Mei 1908-20 Mei 2011
*Penulis adalah mahasiswa Universitas Riau
Haqqy Rerian
Jl. Bahagia no. 74 A Pekanbaru
h_qmutz@yahoo.co.id
076144628
(wwn/wwn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini