Pemimpin dan Defisit Asketisme

Pemimpin dan Defisit Asketisme

- detikNews
Senin, 31 Jan 2011 19:22 WIB
Jakarta - Dalam beberapa hari terakhir ini, Presiden SBY kembali mendapat sorotan tajam dari masyarakat luas. Kali ini dipicu oleh pernyataannya saat membuka Rapat Pimpinan TNI/Polri pada (21/1). Saat itu, Presiden mengatakan bahwa sudah tujuh tahun gajinya tidak kunjung naik.

Suara-suara kritikan pun muncul. Politisi Partai Demokrat dan koalisinya langsung satu suara dan menyatakan bahwa statement Presiden SBY tersebut tidak memiliki pretensi untuk meminta kenaikan gaji. Namun apologi itu tidak membuat kancah politik tenang.

Banyak pihak menganggap bahwa pernyataan Presiden itu adalah keluhan. Karena, selain pernah tiga kali menyampaikan hal serupa, statement seperti itu dianggap bagian dari politik Jawa SBY yang kurang berterus terang. Terkait dengan hal itu, mungkinkah ini pertanda bahwa di negeri ini sedang mengalami paradoks kepemimpinan?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna Negarawan
Di saat masyarakat kita tengah mengalami krisis harapan multidimensional, sikap yang ditampilkan banyak pemimpin dan pejabat publik negeri ini, seakan jauh dari ciri seorang negarawan. Sejatinya, seorang negarawan adalah sosok yang mempunyai jiwa solidaritas tinggi, di mana sikap dan kebijakannya selalu mengutamakan kepentingan rakyat ketimbang kepentingan pribadi dan golongannya.

Selain itu, seorang negarawan adalah orang yang mampu berlaku adil, berani, dan dapat membuktikan komitmennya. Bila di dalam suatu negara para pemimpin dan pejabat publik tidak mempunyai kepekaan dengan kondisi rakyatnya, sulit rasanya menumbuhkan sikap asketisme di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut istilah, asketisme berarti sebuah paham dan sikap mental yang mencerminkan kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan berkorban seseorang. Jika diletakan dalam konteks kehidupan bernegara, asketisme berarti cerminan dari seorang negarawan yang sederhana, jujur, dan rela berkorban bagi bangsa dan negaranya.

Dewasa ini, pemimpin dan pejabat publik kita seolah kehilangan arah dan tujuan dalam menahkodai bangsa. Bukan sikap dan nilai asketisme yang menjadi pegangannya, namun sikap egosentrisme yang kerap kali dipertontonkan.

Misalnya, rencana pembangunan gedung baru DPR yang mewah dengan anggaran fantastis senilai 1,3 triliun. Lalu, penanganan yang dianggap kurang terang dalam kasus mafia pajak dengan aktor Gayus Tambunan dan para mafioso di belakangnya.

Kemudian, sikap politisi sekaligus ketua persatuan sepak bola nasional yang dianggap arogan karena tidak mau mendengarkan aspirasi masyarakat. Dan yang teranyar, pernyataan Presiden SBY perihal gajinya, yang dinilai banyak kalangan kurang elok.ย 

Sepatutunya para pemimpin dan pejabat publik tak perlu menunjukan sikap yang elitis dalam menjalankan kinerjanya. Sebab, selain tidak sesuai dengan kondisi ekonomi yang belum menunjukan perbaikan signifikan, khususnya bagi kalangan menengah bawah, jabatan seorang negarawan bukanlah jabatan komersial.

Apalagi mengharap pamrih tanpa ada prestasi yang gemilang, ibarat peribahasa tak ada beras yang akan ditanak Kasus paradoks kepemimpinan seperti di atas sebenarnya tidak perlu terjadi jika para pemimpin dapat bersikap asketisme dalam bernegara.

Bila pemimpin masih bersikap antipati dan jauh dari harapan rakyat, dikhawatirkan dapat menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu dapat meledak karena akan makin mengikis kepercayaan masyarakat yang merupakan pemegang kedaulatan sesungguhnya.

Menumbuhkan Asketisme
Dalam kondisi bangsa yang sedang mengalami krisis multidimensi seperti saat ini, seharusnya pemimpin dan pejabat publik kita dapat belajar dari sejarah pemimpin yang memiliki jiwa dan sikap asketisme. Sebut saja pemimpin pergerakan kemerdekaan India, Mahatma Gandhi. Dia adalah tokoh besar yang sangat sederhana.

Kendati demikian, dia berhasil membebaskan 400 juta rakyat India dari cengkeraman penjajah. Bukan dengan senjata, melainkan denganย  swadeshi (kemandirian). Dalam satu pidatonya Mahatma Gandhi pernah berkata. "Jika kalian ingin bebas dari penjajahan, hiduplah secara zuhud (sederhana)."
ย 
Di Indonesia sendiri, pemimpin yang mempunyai jiwa asketisme dan layak menjadi teladan adalah Mohammad Hatta dan M Natsir. Keduanya mempunyai pengaruh dan integritas moral yang baik. Kedua figur itu adalah tokoh besar. Namun, jika dilihat dari sisi materi, mereka termasuk tokoh yang hidup sangat sederhana dan bersahaja.

Sesungguhnya, yang dibutuhkan dalam menjalankan negara dan memajukan rakyat bukanlah citra diri dan penampilan, melainkan datang dari dalam, yakni sikap mental. Menurut pandangan penulis, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan sikap asketisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya bagi para pemimpin dan pemangku jabatan publik.

Pertama, kita mesti kembali pada jiwa dan sikap yang telah diwariskan oleh founding fathers. Mereka telah mengajarkan bahwa berpolitik tidak semata-mata mencari kekuasaan, apalagi ajang bermewah-mewah. Tetapi lebih bertujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat.

Kedua, pemimpin dan para elit harus lebih peka dengan kondisi masyarakat, terutama pada lapisan bawah. Karena mereka lah yang sebenarnya merasakan bagaimana sulitnya berjuang hidup. Pada titik ini, tindakan reflektif-praksis lebih dibutuhkan ketimbang sekadar tindakan retoris.

Ketiga, senantiasa bersikap rendah hati dan jangan merasa cepat puas dengan apa yang sudah diperbuat, apalagi sampai tidak mau mendengarkan kritik dan pendapat dari rakyat.

Donie K Malik
Jln. Puri Intan IV RT.04/ RW.08, Pisangan, Ciputat, 15412.
doniemalik@gmail.com
085695712855

Penulis adalah Koordinator dan Peneliti Madani Society Institute, Jakarta.


(wwn/wwn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads