Apa yang Sudah ICMI Perbuat

Apa yang Sudah ICMI Perbuat

- detikNews
Selasa, 21 Des 2010 08:57 WIB
Jakarta - Dari tanggal 5 hingga 7 Desember 2010 ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia) menggelar Musyawarah Nasional V di Bogor Jawa Barat. Sebagai organisasi yang menghimpun "cendekiawan" dan cendekiawan, tentu saja munas yang diselenggarakan di Botani Square itu mendapat sorotan dari banyak kalangan engenai apa yang sudah dilakukan oleh organisasi yang didirikan di Malang Jawa imur itu.

Sejak berdiri 7 Desember 1990 ICMI telah melakukan lima kali pergantian epengurusan. Dari Habibie ke Adi Sasono yang menggunakan model kepengurusan residensial hingga sistem presidium yang diisi oleh para cendekiawan seperti arwah Daud Ibrahim, Nanat Fatah Natsir, M Hatta Rajasa, Muslimin Nasution, dan zyumardi Azra, hingga terpilihnya Ilham Habibie, Nanat Fatah Natsir, Marwah aud, Priyo Budi Santoso, dan Sugiharto pada Munas V sebagai Presidium ICM yang aru.

Sepanjang perjalanan kontribusi ICMI terhadap pembangunan bangsa dan negara bisa dikatakan belum berjalan maksimal. Bahkan, bisa dikatakan tidak ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menyiasati mandegnya gerak organisasi yang mengakibatkan tidak adanya sumbangsih ICMI terhadap ummat upaya yang ditempuh adalah mengubah model kepengurusan dari sistem presidensial menjadi presidum. Upaya tersebut rupanya juga tidak membawa perubahan.

Meski dengan sistem tersebut namun lagi-lagi ICMI juga belum bisa memberikan kontribusi kepada ummat. Dirasa sistem presidium tidak efektif maka dalam Munas V sempat ada usulan untuk kembali ke model presidensial meskipun akhirnya batal dan tetap menggunakan pola yang dianut pengurus sebelumnya.

Sepanjang perjalanan organisasi tak adanya kontribusi ICMI kepada ummat hingga akhirnya menyebabkan kekecewaan pada sebagaian pengurus untuk membentuk ICMI Muda. Organisasi yang didirikan pada Juli 2006 di Makassar Sulawesi Selatan disebut untuk mengisi ruang "kosong" ICMI.

Ketua Tim Kerja Nasional ICMI Muda AM Iqbal Parewangi pada saat itu mengatakan kesadaran tentang ICMI Muda merupakan kesadaran yang tulus dan bertumpu pada gagasan strategis positif yang kelahirannya tak terpisahkan dari dinamika besar ICMI. Kesadaran itu berangkat dari kegelisahan positif, kreatif, dan visioner cendekiawan muda Muslim untuk turut secara aktif mengemban serta mengembangkan peran dan tanggung jawab besar ICMI terhadap bangsa, negara, dan umat.

Lahirnya ICMI Muda itu meski mempunyai tujuan yang luhur namun mendapat perlawanan dan tanpa restu dari Presidium ICMI. Sehingga, AM Iqbal Parewangi menuturkan bahwa Muktamar ke-1 ICMI Muda ini memang tanpa rekomendasi. Tetapi, sejarah tidak mungkin dihentikan hanya oleh ketiadaan rekomendasi. Sejarah bergulir lebih sering tanpa rekomendasi.

Sesungguhnya sejarah tidak butuh rekomendasi. Negeri tercinta Indonesia ini pun tidak akan pernah merdeka andai founding father negeri ini harus menunggu rekomendasi dari para penjajah.

Toh meski ada ICMI Muda, ICMI sejati, ICMI merpati (pengurusnya datang dan pergi tergantung dari kepentingan dan keuntungan), ICMI pedati (kepengurusan menggelinding tergantung dari daya dorong). Semuanya belum menunjukan kiprahnya sebagai organisasi yang memperjuangkan kepentingan umat.

Mengapa ICMI belum menunjukkan kiprahnya seperti Muhammadiyah dan NU? Faktornya adalah: pertama, organisasi ini lahir di masa Orde Baru. Lahirnya direstui oleh Presiden Soeharto. ICMI lahir sebagai upaya Soeharto untuk mencari dukungan di kalangan ummat Islam ketika ada kabar mulai tidak mesranya antara Soeharto dan ABRI (TNI dan Polri).

Sebagai kompensasi dukungan Soeharto mengangkat banyak menteri dari pengurus ICMI, sehingga saat itu ICMI diplesetkan menjadi ikatan calon menteri Indonesia. Sebagai sebuah organisasi yang lahir sebagai wadah untuk mendukung kepentingan politik maka secara alamiah organisasi itu tidak akan bertahan lama sehingga ketika Orde Baru tumbang, secara perlahan namun pasti, ICMI juga mengalami surut perannya.

Kedua, ICMI terlalu bergantung kepada BJ Habibie. Pada masa Habibie sebagai Ketua Umum ICMI organisasi ini mencapai puncak keemasan. Banyak pengurus, baik yang di pusat atau daerahย  masuk dalam kekuasaan. Hal demikian membuat ICMI menjadi terlena dengan "kemewahan" sehingga ICMI tidak mampu menjalankan perannya sebagai organisasi para cendekiawan. ICMI pada waktu itu tak ubahnya menjadi bumper dari kekuasaan.

Ketidakmandirian dan ketidakindependenan ICMI inilah yang akhirnya yang membuat ICMI berdiri pada satu posisi yang berhadapan dengan banyak pihak pada posisi yang lain. ICMI dicap sebagai bagian dari Habibie sehingga akan menimbulkan resistensi ketika berhadapan dengan rival-rival politik Habibie.

Hal ini membuat gerak ICMI menjadi tidak bebas sehingga susah bagi pengurus ICMI untuk masuk ke ruang-ruang politik yang lain. "Tidak" diterimanya orang-orang ICMI inilah yang akhirnya banyak penggurus yang enggan berkiprah dalam organisasi ini sehingga melahirkan apa yang yang disebut oleh ICMI Muda adanya "ruang kosong" ICMI. Dan, selepas era Habibie ICMI pun semakin surut perannya.

Ketiga, ketidakseriusan dari para pengurus ICMI dalam mengelola organisasi. Ketidakseriusan pengurus dalam mengelola organisasi bisa disebabkan karena tidak adanya dana (yang melimpah). Dulu di masa Habibie dana yang dikucurkan ke ICMI sangat melimpah sehingga orang berebut menjadi pengurus ICMI. Hal inilah yang akhirnya memunculkan sebutan ICMI merpati dan ICMI pedati.

Ketidaseriusan para pengurus dikarenakan mereka yang datang dari kalangan kampus, birokrat, teknokrat, dan pengusaha lebih memilih menggeluti dunia masing-masing. Mereka memilih yang demikian karena ICMI sudah tidak bisa lagi membuat asap dapur mereka mengepul.

Faktor lainnya para pengurus rupanya honi menjadi pengurus tetapi tidak pernah merealisasikan program kerja. Lihat saja selain mereka menjadi pengurus ICMI mereka juga menjadi pengurus KAHMI, Muhammadiyah, partai politik, dan organisasi lainnya.

Rangkap jabatan inilah yang membuat organisasi ICMI menjadi mandeg dan semakin jauh dari apa yang seharusnya dilakukan. Kita belum melihat kontribusi pemikiran dan pembaruan dari organisasi yang berlabelkan cendikiawan ini.

Ardi Winangun
ardi_winangun@yahoo.com
08159052503
Matraman Jakarta Timur

Pengamat Politik dan Pengurus Presidium Nasional Masika ICMI.


(msh/msh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads