Harkat dan Martabat Bangsa Sudah Waktunya untuk Menggeliat

Harkat dan Martabat Bangsa Sudah Waktunya untuk Menggeliat

- detikNews
Selasa, 14 Des 2010 18:02 WIB
Jakarta - Bila saja semua warga negara Indonesia dapat melihat kondisi negaranya dari negara-negara luar. Betapa carut-marutnya hingga harkat dan martabat bangsa kita begitu diremehkan.

Banyak informasi yang terpenggal dan tidak sampai kepada rakyat secara menyeluruh membuat bangsa kita menjadi buta dan tidak dapat menilai diri sendiri secara benar dan konsekuen. Bahkan, jauh dari nilai objektivitas permasalahan.

Hanya dapat dihitung dengan jari, mungkin, orang yang menyatakan Indonesia adalah suatu negara yang Indah dan beradab. Lucunya itu pun kebanyakan dari mereka yang hanya mengenal Bali dan bukan Indonesia-nya. 
 
Mungkin bisa menjadi suatu yang "mafhum" bila dilihat dari kaca mata yang berbeda. Selama berabad-abad kita "dikulturkan" oleh bangsa kolonial agar menjadi bangsa yang mandul, malas, loyo, dan akhirnya terpecah belah tiada daya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adalah suatu fakta yang masih tetap berlanjut hingga saat ini. Bahwa, kontaminasi kolonial tersebut masih terkukuhkan tanpa disadari, mungkin. Kita bisa bersama melihat tingkah laku mereka para bangsawan negeri.

Ada yang selalu menghujat dan menyalahkan kinerja pemerintahannya sendiri dan merasa dirinya memiliki opini paling benar. Tetapi, tanpa pengetahuan yang cukup dan tanpa melakukan apa-apa alias "omdo".

Di sisi lain banyak yang "mabuk" melakukan pemanfaatan jabatan untuk kepentingan pribadi. Ironisnya ada yang rela mengorbankan dirinya sendiri untuk menjadi "kambing" demi kepentingan golongan. Dan, yang sedang heboh sekarang adalah adanya pihak yang sedang mengukur kekuatan lawan politiknya dengan mengaduk-aduk tatanan budaya salah satu wilayah
yang dinyatakan istimewa.
 
Saya beropini bahwa bila tidak dengan segera disadari dan diubah maka negara ini tinggal tunggu "ajalnya" saja untuk "mati". Karena, secara sadar mereka rela untuk ditertawakan oleh bangsa lain dan rela untuk "disetubuhi" tanpa memperdulikan harkat dan martabat bangsanya di mata dunia.

Semoga saja kelak akan didapati para pemimpin yang bertauhid, berilmu, dan berakal. Jangan mengedepankan akal tanpa ilmu. Jangan mengagungkan ilmu tanpa tauhid. Karena, yang terjadi saat ini adalah para pemimpin "hebat" yang ber-Ilmu dan ber-Akal tapi tanpa memiliki kekuatan Tauhid yang benar. 

Mari kita mulai dari diri kita sendiri dan semoga dapat bermanfaat dengan cara kita renungkan dan intropeksi.

N Norist 
Kebon Nanas Utara II Jakarta Timur
norist@yahoo.com 
081210878108
 


(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads