Jika klaim itu telah mendarah daging dalam struktur bangunan kekuasaan maka otokritik akan menjadi suatu yang sangat counter-productive. Tidak hanya bagi pusat kekuasaan. Tetapi, untuk mainstream keseluruhan bangunan kekuasaan pemerintah dan publik.
Apa pun sikap yang diambil selalu dicurigai memiliki motif. Jika kritik itu ditanggapi publik bereaksi bahwa kekuasaan alergi pada kritik. Sementara bila kritik itu didiamkan publik juga tetap akan menuding kalau kekuasaan telah tuli pada kritik. Semua menjadi serba salah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuannya untuk memupuk kemampuan penerimaan terhadap segala bentuk kritik. Tidak itu saja. Tetapi, juga kemampuan respons terhadap setiap kritik. Sehingga, membuat publik Indonesia berkembang benar-benar sebagai sebuah wujud masyarakat madani.
Bagaimana pun juga sebuah otokritik bukanlah tanpa makna. Tanpa motif atau pun tanpa dasar. Semua kritik selalu ditunggangi oleh apa saja. Karena itu yang kita butuhkan adalah kebiasaan untuk tidak membiarkan sebuah otokritik lewat begitu saja. Lepas membawa sumpah serapahnya dengan segala purbasangka yang menyertainya.
Otokritik harus dijelaskan. Ia harus ditanggapi. Jangan biarkan otokritik hilang ditelan angin. Jika demikian, ia akan mudah menjadi isu. Sebuah isu adalah malapetaka sebuah kebenaran yang tidak tertangani baik. Tidak heran bila aktor Tommy Lee Jones dalam sebuah film pernah kesohor berkata, "you can't handle the truth!" Publik Indonesia tentu tidak ingin menjadi seperti tudingan aktor tersebut.
Emte Aedhir
Jl Dr Ratna Jatibening No 16 Bekasi
aedhir68@yahoo.com
(msh/msh)