Miris dan Malu pada Jatidiri Bangsa Ini

Jakarta - Dunia sudah menginjak umur 2010 sesuai dengan penanggalan masehi. Namun, seiring dengan itu, perubahan peradaban dan gaya hidup manusia sudah jauh dari istilah terbelakang dan bodoh (Arab: Jahiliyah) walaupun masih ada di belahan bumi lain yang tertinggal. Akan tetapi kalau disimpulkan atas kemajuan tersebut dalam angka prosentasi telah mencapi 75% lebih penduduk bumi ini sekarang sudah mengenyam semakin canggih dan majunya peradaban.

Teknologi, telekomunikasi, dan transformasi (Triple T) memang sudah menjadi bagian terpenting urat nadi kehidupan ini. Apa yang terjadi di belahan dunia lain saat itu pula bias diakses dan dilihat langsung tanpa harus berada di tempat kejadian.

Dampak positif memang telah menjadikan kemudahan dalam berbagai aspek. Dan, ini telah diyakini sebagai suatu terobosan baru dalam memenuhi berbagai kepentingan. Baik bisnis, intertainmen, maupun hal-hal yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan. Tetapi, bagaikan pisau bermata ganta rupanya dampak negatifnya pun tidak kalah mengerikan terhadap budaya dan peradaban.

Bangsa Indonesia yang menganut paham ketimuran telah terkontaminasi dengan budaya Barat (Westerninasi). Karena, dengan budaya global, yang cepat atau lambat, bagaikan air yang mengalir ke tempat yang lebih rendah, lambat laun dampak dari globalisasi itu akan terasa juga.

Berita yang masih hangat, adanya kasus video porno yang sudah beredar, yang diperankan orang yang mirip artis dan dengan bantuan media televisi (sebagai hasil dari penemuan teknologi) dalam penyebarannya, telah mengoyak ketenangan dan nurani yang ada. Terlepas dari alasan apa pun dari para pelaku video tersebut, yang jelas nilai-nilai norma keagamaan dan kesusilaan telah tercidrai dan terkoyak-koyak.

Media televisi dengan alasan rating tinggi dan atas nama bisnis telah turut andil dalam menyebarkan dampak daripada kasus yang semuanya berawal dari adanya teknologi ini. Semoga ke depan masih ada skala prioritas terhadap materi yang akan ditayangkan. Mengingat budaya pada bangsa ini yang masih mengenal budaya malu.

Tulisan ini kami sampaikan sebagai bentuk keresahan kami, atas kejadian-kejadian yang membuat miris dan malu pada jati diri bangsa ini. Kami sadar, bahwa kami hanya bisa menulis, karena kami berprinsip dalam melihat kezdaliman ada tiga tahapan dalam menyikapinya.

(1) Dengan Kekuasaan yaitu oleh aparat yang berwenang,
(2) Dengan lisan dan nasihat, yaitu para tokoh agama, dan
(3) Yang paling lemah, hanya dengan hati, yaitu tidak setuju dengan kedzaliman tersebut.

Akhirnya, kami berharap tulisan ini dapat dijadikan sebagai sumbangsih. Terhadap orang-orang masih peduli terhadap bangsa ini. Semoga!

Suwandi
Kompleks Palem Kartika No 21
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur
su_onedi@yahoo.com
02184590020



(msh/msh)